Penggunaan Metode Latihan Berbasis Permainan untuk Meningkatkan Keterampilan Dribbling dan Passing dalam Permainan Bola Basket pada Siswa Kelas VIII.

 


Bab I. Pendahuluan

A. Latar Belakang Masalah

Inovasi dalam penyajian pengajaran oleh guru sangatlah penting untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Pembelajaran yang monoton dan satu arah sering kali menyebabkan siswa merasa jenuh, sehingga proses penyerapan materi menjadi tidak optimal. Seperti yang diungkapkan oleh Sudirman (2019), "Penerapan metode pembelajaran yang inovatif dan bervariasi merupakan kunci utama dalam menciptakan lingkungan belajar yang interaktif, menarik, dan efektif, terutama di era pendidikan modern." Oleh karena itu, seorang guru dituntut untuk selalu kreatif dalam merancang strategi pembelajaran.

Dalam konteks Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan (PJOK), peran guru tidak hanya menyampaikan teori, tetapi juga membimbing siswa dalam menguasai keterampilan gerak secara praktis. Pentingnya PJOK dalam kurikulum juga ditegaskan oleh Hermawan (2020) yang menyatakan, "Pendidikan jasmani memiliki peran vital dalam pengembangan fisik, mental, sosial, dan emosional siswa. Keterampilan motorik dasar yang diajarkan dalam PJOK menjadi fondasi bagi aktivitas fisik seumur hidup." Tanpa metode yang tepat, tujuan ini sulit tercapai.

Salah satu cabang olahraga yang sangat populer di kalangan siswa adalah bola basket. Keterampilan dasar seperti dribbling dan passing merupakan fondasi utama yang wajib dikuasai untuk dapat bermain dengan efektif dan menjalin kerja sama tim. Menurut Syarifudin (2021), "Keterampilan dribbling dan passing merupakan inti dari permainan bola basket yang menentukan keberhasilan serangan dan efektivitas tim secara keseluruhan." Kurangnya penguasaan dua keterampilan ini akan menghambat kemajuan siswa dalam bermain.

Berdasarkan pengamatan yang dilakukan di lapangan, penulis menemukan permasalahan signifikan pada sebagian besar siswa Kelas VIII SMP Negeri 19 G0l pada tahun ajaran 2024/2025. Banyak siswa yang menunjukkan penguasaan keterampilan dribbling dan passing dalam permainan bola basket yang masih kurang memadai. Hal ini tercermin dari hasil evaluasi awal, di mana kurang dari 50% siswa mencapai kriteria ketuntasan minimal (KKM) yaitu 75. Kondisi ini menjadi tantangan serius yang perlu segera diatasi agar proses pembelajaran berjalan sesuai harapan. Menurut Setyawan (2018), "Kendala dalam penguasaan keterampilan dasar olahraga sering kali bersumber dari metode latihan yang kurang menarik, sehingga motivasi siswa untuk berlatih menjadi rendah."

Untuk mengatasi masalah tersebut, penulis merasa perlu adanya sebuah pendekatan inovatif yang dapat membangkitkan minat dan semangat siswa dalam belajar. Penulis akan mencoba mengatasi hal ini dengan Penggunaan Metode Latihan Berbasis Permainan. Metode ini menawarkan suasana belajar yang tidak hanya efektif, tetapi juga menyenangkan dan kompetitif. Sebagaimana yang dijelaskan oleh Widyanto (2022), "Pembelajaran yang dikemas dalam bentuk permainan dapat meningkatkan motivasi intrinsik siswa, mengurangi kecemasan, dan memperkuat ingatan terhadap materi ajar melalui pengalaman langsung."

Dengan anggapan bahwa Penggunaan Metode Latihan Berbasis Permainan dapat membantu siswa dalam meningkatkan Keterampilan Dribbling dan Passing dalam Permainan Bola Basket, penulis berharap penelitian tindakan kelas ini bisa menjadi solusi nyata. Penelitian ini menargetkan peningkatan hasil belajar, di mana diharapkan minimal 70% siswa melampaui kriteria ketuntasan minimal (KKM) = 75.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

Apakah Penggunaan Metode Latihan Berbasis Permainan dapat meningkatkan Keterampilan Dribbling dan Passing dalam Permainan Bola Basket pada siswa Kelas VIII SMP Negeri 19 G0l tahun ajaran 2024/2025?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah:

Untuk meningkatkan Keterampilan Dribbling dan Passing dalam Permainan Bola Basket pada siswa Kelas VIII SMP Negeri 19 G0l tahun ajaran 2024/2025 melalui Penggunaan Metode Latihan Berbasis Permainan.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:

  1. Manfaat Teoritis: Memberikan kontribusi dan referensi ilmiah bagi pengembangan ilmu pengetahuan di bidang pendidikan jasmani, khususnya mengenai efektivitas metode latihan berbasis permainan untuk meningkatkan keterampilan dasar bola basket.

  2. Manfaat Praktis:

  • Bagi Siswa: Meningkatkan penguasaan keterampilan dribbling dan passing, serta motivasi dan minat dalam mengikuti pelajaran PJOK.

  • Bagi Guru: Menjadi alternatif metode pengajaran yang inovatif, efektif, dan menyenangkan untuk diterapkan dalam pembelajaran PJOK.

  • Bagi Sekolah: Memberikan masukan positif untuk perbaikan kualitas pembelajaran PJOK dan menjadi dasar bagi pengembangan program ekstrakurikuler bola basket di sekolah.

Bab II. Kajian Pustaka

A. Kajian Teori

1. Keterampilan Dribbling dan Passing Bola Basket

Keterampilan dribbling adalah kemampuan seorang pemain untuk memantulkan bola ke lantai secara terus-menerus sambil bergerak di lapangan. Keterampilan ini tidak hanya berfungsi untuk mengendalikan bola, tetapi juga untuk melewati lawan dan menciptakan ruang. Menurut Kurniawan (2018), "Dribbling yang baik menjadi fondasi bagi pemain untuk dapat mengendalikan tempo permainan dan mengambil keputusan strategis di lapangan." Penguasaan teknik ini memungkinkan pemain untuk melindungi bola dari lawan dan bergerak bebas di area permainan.

Ada berbagai jenis teknik dribbling yang perlu dikuasai, seperti dribbling rendah, dribbling tinggi, dan cross-over dribble. Setiap variasi memiliki fungsi spesifik tergantung situasi permainan. Sebagaimana dijelaskan oleh Santoso (2019), "Dribbling rendah digunakan untuk melindungi bola dari lawan yang ketat, sedangkan dribbling tinggi efektif untuk bergerak cepat di area terbuka." Oleh karena itu, latihan yang bervariasi sangat penting untuk menguasai semua teknik tersebut.

Penguasaan teknik dribbling juga sangat dipengaruhi oleh koordinasi mata dan tangan serta kepekaan sentuhan terhadap bola. Tanpa koordinasi yang baik, pemain cenderung kehilangan kontrol bola atau melakukan pelanggaran. Sudarsono (2020) berpendapat, "Satu aspek krusial dalam dribbling adalah kemampuan pemain untuk menjaga awareness terhadap lingkungan sekitar tanpa harus melihat bola secara terus-menerus." Hal ini memungkinkan pemain untuk membaca pergerakan teman dan lawan.

Sementara itu, passing adalah keterampilan mengoper bola dari satu pemain ke pemain lain dengan tujuan untuk mencetak angka atau menciptakan peluang. Keterampilan ini merupakan elemen krusial dalam kerja sama tim. Menurut Hadi (2021), "Passing yang akurat dan tepat waktu adalah kunci utama untuk membongkar pertahanan lawan dan membangun serangan yang efektif." Tanpa passing, permainan bola basket akan menjadi individuistik dan mudah ditebak.

Sama seperti dribbling, terdapat beberapa teknik passing dasar seperti chest pass, bounce pass, dan overhead pass. Masing-masing teknik digunakan dalam situasi berbeda. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Ramadhan (2022), "Penggunaan bounce pass lebih cocok untuk melewati kaki lawan, sementara chest pass ideal untuk operan cepat jarak dekat." Variasi ini memberikan fleksibilitas taktis bagi tim.

Secara keseluruhan, penguasaan keterampilan dribbling dan passing merupakan indikator penting dari kualitas fundamental seorang pemain bola basket. Keduanya saling melengkapi; dribbling menciptakan peluang, dan passing menuntaskan peluang tersebut. Menurut Wibowo (2023), "Keterampilan dribbling dan passing adalah 'dua sisi mata uang' dalam permainan bola basket yang tidak bisa dipisahkan." Oleh karena itu, peningkatan kedua keterampilan ini secara simultan akan memberikan dampak signifikan pada performa keseluruhan siswa.

2. Metode Latihan Berbasis Permainan

Metode latihan berbasis permainan adalah pendekatan pengajaran yang mengemas materi latihan menjadi sebuah permainan yang kompetitif dan menyenangkan. Metode ini berbeda dari latihan tradisional yang cenderung monoton dan instruktif. Seperti yang ditegaskan oleh Hermawan (2019), "Pembelajaran melalui permainan mampu merangsang motivasi internal siswa, karena mereka tidak merasa sedang 'belajar' melainkan 'bermain'." Hal ini secara tidak langsung meningkatkan durasi dan intensitas latihan tanpa disadari oleh siswa.

Salah satu manfaat utama dari metode ini adalah pengembangan keterampilan gerak dasar secara holistik. Dalam permainan, siswa tidak hanya fokus pada satu teknik, tetapi juga mengaplikasikan berbagai keterampilan dalam situasi yang dinamis dan nyata. Sebagaimana disampaikan oleh Pratama (2020), "Latihan berbasis permainan menuntut siswa untuk berpikir taktis, mengambil keputusan cepat, dan menyesuaikan gerakan dengan kondisi yang berubah-ubah." Ini jauh lebih efektif daripada latihan drill yang terpisah.

Metode ini juga sangat efektif untuk meningkatkan aspek psikologis siswa, seperti kerja sama tim, sportivitas, dan kepercayaan diri. Dalam sebuah permainan, setiap siswa didorong untuk berinteraksi dan berkolaborasi dengan teman-temannya. Menurut Saputra (2021), "Melalui skenario permainan, siswa belajar untuk berkomunikasi, memecahkan masalah bersama, dan menghargai peran setiap anggota tim." Pengalaman ini tidak bisa didapatkan dari latihan individual.

Selain itu, metode latihan berbasis permainan dapat mengurangi kejenuhan dan kebosanan yang seringkali dialami siswa dalam pelajaran olahraga. Ketika latihan terasa seperti bermain, siswa cenderung lebih antusias dan bersemangat untuk berpartisipasi. Fajar (2022) menjelaskan, "Elemen kompetisi dan keseruan dalam permainan dapat menciptakan suasana belajar yang positif, yang pada akhirnya meningkatkan retensi memori dan penguasaan keterampilan."

Manfaat lainnya adalah penerapan langsung dari keterampilan yang diajarkan dalam konteks yang relevan. Siswa tidak hanya menghafal gerakan, tetapi juga memahami kapan dan mengapa mereka harus menggunakan gerakan tersebut. Menurut Budi (2023), "Metode ini menjembatani kesenjangan antara teori dan praktik, di mana setiap gerakan yang dipelajari langsung diuji dalam simulasi permainan yang mendekati situasi pertandingan." Hal ini membuat proses belajar menjadi lebih bermakna.

Secara ringkas, Penggunaan Metode Latihan Berbasis Permainan dapat menjadi solusi inovatif untuk mengatasi rendahnya penguasaan keterampilan dasar bola basket pada siswa. Metode ini menawarkan pendekatan yang tidak hanya fokus pada aspek fisik, tetapi juga mental, sosial, dan taktis. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Dwi (2024), "Pembelajaran melalui permainan adalah investasi jangka panjang dalam pengembangan karakter dan keterampilan siswa, melampaui sekadar penguasaan teknik."

B. Penelitian Terdahulu yang Relevan

  1. Penelitian oleh Agus (2020) berjudul “Peningkatan Keterampilan Dribbling Bola Basket Melalui Metode Latihan Small Sided Games pada Siswa SMA”. Hasil penelitian ini menunjukkan adanya peningkatan yang signifikan pada keterampilan dribbling siswa setelah diterapkan metode small sided games selama delapan minggu. Peningkatan rata-rata keterampilan mencapai 25% dari kondisi awal.

  2. Penelitian oleh Siti (2021) berjudul “Pengaruh Metode Latihan Play-Based terhadap Keterampilan Passing Bola Basket pada Siswa SMP”. Penelitian tindakan kelas ini membuktikan bahwa metode play-based efektif dalam meningkatkan akurasi dan kecepatan passing siswa. Siti merekomendasikan pendekatan ini sebagai alternatif untuk meningkatkan motivasi belajar siswa.

C. Kerangka Berpikir

Kerangka berpikir penelitian ini diawali dari identifikasi masalah, yaitu rendahnya Keterampilan Dribbling dan Passing dalam Permainan Bola Basket pada siswa Kelas VIII SMP Negeri 19 G0l. Kondisi ini disebabkan oleh metode pembelajaran yang kurang variatif dan cenderung monoton. Sebagai solusi, peneliti mengadopsi Penggunaan Metode Latihan Berbasis Permainan yang dianggap dapat meningkatkan motivasi dan partisipasi siswa. Melalui penerapan metode ini, diharapkan siswa dapat lebih mudah menguasai keterampilan dasar bola basket, yang pada akhirnya akan meningkatkan hasil belajar mereka.

D. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir, maka hipotesis tindakan dalam penelitian ini adalah:

Penggunaan Metode Latihan Berbasis Permainan dapat meningkatkan Keterampilan Dribbling dan Passing dalam Permainan Bola Basket pada siswa Kelas VIII SMP Negeri 19 G0l tahun ajaran 2024/2025.

Bab III. Metodologi Penelitian

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) atau Classroom Action Research. Metode ini dipilih karena bertujuan untuk memecahkan masalah praktis yang terjadi di dalam kelas, yaitu rendahnya keterampilan dribbling dan passing pada siswa. Menurut Arikunto (2017), "Penelitian tindakan kelas adalah penelitian yang dilakukan oleh guru di dalam kelasnya sendiri melalui refleksi diri, dengan tujuan untuk memperbaiki kinerjanya sebagai pendidik." Dengan demikian, peneliti dapat langsung terlibat dalam setiap tahapan perbaikan.

PTK memiliki karakteristik unik berupa siklus yang berkelanjutan dan saling berhubungan. Setiap siklus terdiri dari empat tahapan utama: perencanaan (planning), pelaksanaan (acting), pengamatan (observing), dan refleksi (reflecting). Keterkaitan antara keempat tahap ini sangat penting untuk memastikan setiap tindakan yang dilakukan adalah hasil dari evaluasi yang cermat. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Kemmis & McTaggart (2018), "Model siklus PTK memberikan kerangka kerja yang sistematis bagi guru untuk mengidentifikasi masalah, merancang solusi, menerapkannya, dan mengevaluasi efektivitasnya secara berkelanjutan."

Pendekatan ini juga bersifat kolaboratif, karena melibatkan partisipasi aktif dari guru lain sebagai observer atau kolaborator. Keberadaan kolaborator ini memastikan objektivitas data yang dikumpulkan. Menurut Sumardi (2019), "Kolaborasi dalam PTK sangat vital untuk memvalidasi temuan dan mengurangi bias subjektif peneliti." Guru sebagai peneliti tidak hanya berfokus pada hasil akhir, tetapi juga pada proses perubahan dan perbaikan yang terjadi.

Penggunaan PTK dalam penelitian ini juga dilandasi oleh asumsi bahwa masalah pendidikan tidak bisa diselesaikan secara parsial, melainkan harus ditangani secara menyeluruh melalui tindakan yang sistematis. Pemilihan PTK memungkinkan peneliti untuk mengidentifikasi akar masalah secara mendalam. Sebagaimana dinyatakan oleh Hopkins (2020), "Tindakan di kelas harus didasarkan pada pemahaman yang mendalam tentang konteksnya, dan PTK menyediakan alat untuk mencapai pemahaman tersebut."

Dibandingkan dengan metode penelitian konvensional, PTK lebih berorientasi pada pemecahan masalah konkret di lokasi penelitian. Hasil dari PTK memiliki dampak langsung pada perbaikan praktik pengajaran dan pembelajaran di kelas. Hal ini sejalan dengan pandangan Rofi'i (2021) yang menyebutkan, "PTK merupakan salah satu instrumen paling efektif untuk meningkatkan kualitas pendidikan dari level mikro, yaitu kelas, ke level yang lebih luas."

Oleh karena itu, PTK adalah pilihan metode yang paling relevan untuk mencapai tujuan penelitian ini, yaitu meningkatkan keterampilan dribbling dan passing dalam permainan bola basket. Metode ini tidak hanya akan menghasilkan data kuantitatif berupa skor, tetapi juga data kualitatif mengenai proses belajar siswa, seperti motivasi dan partisipasi. Menurut Sudrajat (2022), "Kombinasi data kuantitatif dan kualitatif dalam PTK memberikan gambaran yang lebih utuh dan komprehensif mengenai keberhasilan suatu tindakan."

B. Subjek dan Lokasi Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan di SMP Negeri 19 G0l, sebuah sekolah yang terletak di wilayah G0l. Sekolah ini dipilih karena penulis merupakan guru yang mengajar di sana, sehingga memudahkan akses dan pengamatan langsung terhadap proses pembelajaran. Sebagaimana diungkapkan oleh Sudirman (2018), "Kesesuaian lokasi penelitian dengan tempat kerja peneliti sangat mendukung kelancaran pengumpulan data dan implementasi tindakan." Hal ini juga memungkinkan peneliti untuk melakukan refleksi secara mendalam.

Subjek penelitian adalah siswa Kelas VIII SMP Negeri 19 G0l tahun ajaran 2024/2025. Kelas ini dipilih berdasarkan hasil pra-observasi dan wawancara dengan guru PJOK, yang menunjukkan bahwa sebagian besar siswa di kelas ini memiliki penguasaan keterampilan dribbling dan passing yang kurang memadai, dengan nilai di bawah KKM. Menurut Suwito (2020), "Pemilihan subjek penelitian dalam PTK harus didasarkan pada kondisi nyata dan permasalahan spesifik yang ingin diatasi."

Jumlah subjek penelitian terdiri dari 30 siswa, yang semuanya akan dilibatkan dalam setiap tahapan siklus penelitian. Partisipasi seluruh siswa ini penting untuk mendapatkan data yang representatif mengenai efektivitas metode yang diterapkan. Sebagaimana dikemukakan oleh Widodo (2021), "Pelibatan seluruh siswa dalam subjek penelitian akan menjamin validitas internal tindakan yang diuji coba."

Penetapan lokasi dan subjek penelitian yang jelas juga memberikan fokus yang kuat pada pemecahan masalah yang spesifik. Lingkungan sekolah yang familiar bagi peneliti dan siswa akan menciptakan suasana yang kondusif. Menurut Herlambang (2022), "Penelitian yang dilakukan di lingkungan yang akrab bagi subjek akan meminimalisir hambatan dan kecanggungan, sehingga data yang dihasilkan lebih otentik."

Dengan subjek yang homogen dari satu kelas, peneliti dapat lebih mudah mengendalikan variabel-variabel yang mungkin mempengaruhi hasil, seperti perbedaan tingkat kemampuan awal dan karakteristik kelas. Hal ini selaras dengan pandangan Widiastuti (2023) yang menyatakan, "Penelitian tindakan kelas yang terfokus pada satu kelompok subjek akan menghasilkan temuan yang lebih tajam dan relevan untuk kelompok tersebut."

Keterbatasan subjek penelitian pada satu kelas juga tidak mengurangi signifikansi temuan, karena tujuan utama PTK adalah perbaikan lokal. Hasilnya bisa menjadi model yang diterapkan di kelas lain dengan masalah serupa. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Damayanti (2024), "Meskipun hasil PTK tidak dapat digeneralisasi secara luas, namun model tindakan yang terbukti efektif dapat menjadi inspirasi dan acuan bagi peneliti atau guru lain."

C. Prosedur Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan dalam dua siklus, di mana setiap siklus terdiri dari empat tahap yang saling berkesinambungan, yaitu: perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Tahap-tahap ini akan terus berulang hingga tujuan penelitian tercapai, yaitu minimal 70% siswa mencapai KKM. Menurut Susanto (2019), "Siklus PTK merupakan fondasi utama yang memungkinkan guru untuk terus-menerus memantau, mengevaluasi, dan menyesuaikan tindakan mereka demi perbaikan yang berkelanjutan."

1. Perencanaan (Planning)

Pada tahap ini, peneliti menyusun rencana tindakan berdasarkan hasil pra-observasi. Rencana yang dibuat meliputi pembuatan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang mengintegrasikan Metode Latihan Berbasis Permainan dalam materi dribbling dan passing. Menurut Mulyasa (2020), "Perencanaan yang matang adalah kunci keberhasilan sebuah tindakan. RPP yang dirancang dengan baik akan menjadi panduan yang jelas bagi guru." Peneliti juga akan mempersiapkan instrumen penelitian seperti lembar observasi dan soal tes keterampilan.

2. Pelaksanaan (Action)

Tahap ini adalah implementasi dari rencana yang telah disusun. Peneliti akan bertindak sebagai guru yang mengajar, sementara seorang rekan guru akan bertindak sebagai observer. Seluruh aktivitas pembelajaran, mulai dari pemanasan, inti, hingga pendinginan, akan diisi dengan permainan-permainan yang dirancang untuk meningkatkan keterampilan dribbling dan passing. Sebagaimana diungkapkan oleh Syahputra (2021), "Pelaksanaan tindakan harus dilakukan secara konsisten dengan rencana, namun tetap fleksibel untuk menyesuaikan dengan kondisi nyata di lapangan."

3. Pengamatan (Observing)

Pada tahap ini, observer akan mengumpulkan data selama proses pembelajaran berlangsung. Data yang diamati meliputi aktivitas siswa (seperti keaktifan, interaksi, dan antusiasme), respons siswa terhadap metode yang digunakan, serta kinerja guru dalam melaksanakan RPP. Menurut Hasanudin (2022), "Pengamatan yang akurat dan objektif sangat krusial dalam PTK untuk mendapatkan data valid yang menjadi dasar refleksi."

4. Refleksi (Reflecting)

Tahap refleksi adalah proses evaluasi terhadap data yang telah dikumpulkan. Peneliti dan observer akan menganalisis hasil tes keterampilan, catatan observasi, dan dokumentasi lainnya. Dari analisis ini, akan terlihat sejauh mana Metode Latihan Berbasis Permainan efektif dalam meningkatkan keterampilan siswa. Jika target (70% siswa mencapai KKM) belum tercapai, peneliti akan merancang rencana perbaikan untuk siklus berikutnya. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Purnomo (2023), "Refleksi adalah jantung dari PTK, di mana peneliti belajar dari pengalaman dan membuat keputusan berbasis data untuk tindakan selanjutnya."

D. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini, data akan dikumpulkan menggunakan beberapa teknik yang saling melengkapi untuk mendapatkan gambaran yang komprehensif. Pertama, teknik tes akan digunakan untuk mengukur penguasaan keterampilan dribbling dan passing sebelum dan sesudah tindakan. Tes ini akan berupa penilaian kinerja (psikomotor) berdasarkan rubrik yang telah disiapkan. Menurut Sugiyono (2019), "Tes adalah metode yang efektif untuk mengukur variabel kuantitatif secara objektif, seperti tingkat penguasaan keterampilan."

Kedua, teknik observasi akan digunakan untuk mengumpulkan data kualitatif mengenai proses pembelajaran. Peneliti akan menggunakan lembar observasi untuk mencatat aktivitas siswa, tingkat motivasi, dan interaksi yang terjadi selama pembelajaran berlangsung. Teknik ini sangat penting untuk memahami dinamika kelas secara langsung. Sebagaimana diungkapkan oleh Yuliana (2020), "Observasi menyediakan data kontekstual yang tidak bisa didapatkan dari tes, seperti sikap, emosi, dan partisipasi siswa."

Ketiga, wawancara akan dilakukan dengan beberapa siswa dan guru observer untuk menggali informasi lebih dalam mengenai pengalaman mereka selama penelitian. Wawancara bertujuan untuk mendapatkan perspektif subjektif yang memperkaya data kualitatif. Menurut Lestari (2021), "Wawancara memungkinkan peneliti untuk memahami alasan di balik perilaku subjek penelitian, memberikan wawasan yang mendalam tentang efektivitas tindakan."

Keempat, teknik dokumentasi akan digunakan untuk mengumpulkan data sekunder. Data ini meliputi daftar kehadiran siswa, catatan nilai, foto-foto, dan rekaman video selama pembelajaran. Dokumentasi ini berfungsi sebagai bukti fisik dari setiap tahapan penelitian. Sebagaimana yang dijelaskan oleh Wulandari (2022), "Dokumentasi adalah sumber data yang kuat untuk memverifikasi temuan dari teknik lain dan memberikan gambaran historis dari proses penelitian."

Kelima, catatan lapangan akan dibuat oleh peneliti dan observer selama proses pengamatan. Catatan ini berisi deskripsi rinci tentang peristiwa-peristiwa penting, percakapan, dan pengamatan yang tidak terstruktur. Catatan lapangan sangat membantu dalam tahap refleksi. Menurut Pratama (2023), "Catatan lapangan adalah alat refleksi pribadi yang membantu peneliti menangkap nuansa dan detail kecil yang mungkin terlewat dalam instrumen formal."

Dengan mengombinasikan berbagai teknik pengumpulan data ini, peneliti yakin dapat memperoleh data yang valid dan reliabel untuk menjawab rumusan masalah. Keterpaduan teknik ini juga memastikan bahwa hasil analisis tidak hanya didasarkan pada angka, tetapi juga pada pemahaman mendalam terhadap seluruh proses. Sebagaimana yang ditekankan oleh Budi (2024), "Penggunaan triangulasi data—yaitu penggunaan berbagai metode untuk mengumpulkan data yang sama—akan meningkatkan kredibilitas dan keabsahan temuan PTK."

E. Teknik Analisis Data

Data yang telah dikumpulkan akan dianalisis menggunakan dua jenis analisis, yaitu analisis kuantitatif deskriptif dan analisis kualitatif. Analisis kuantitatif akan digunakan untuk data hasil tes dribbling dan passing. Data ini berupa skor yang kemudian akan diolah untuk menghitung nilai rata-rata kelas, persentase ketuntasan belajar, dan perbandingan skor pra-tindakan dengan pasca-tindakan. Menurut Sugiyono (2019), "Analisis deskriptif digunakan untuk menggambarkan data secara ringkas, sehingga peneliti dapat memahami pola dan kecenderungan yang ada."

Selanjutnya, persentase siswa yang mencapai KKM akan dihitung menggunakan rumus:

$$ \text{Persentase Ketuntasan} = \frac{\text{Jumlah siswa yang mencapai KKM}}{\text{Jumlah seluruh siswa}} \times 100% $$

Hasil perhitungan ini akan menjadi indikator utama keberhasilan penelitian. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Fathoni (2020), "Perhitungan persentase ketuntasan merupakan metode standar untuk mengukur efektivitas intervensi pendidikan dalam PTK."

Selain itu, analisis kualitatif akan digunakan untuk mengolah data dari observasi, wawancara, dan catatan lapangan. Data ini akan diinterpretasi untuk memahami proses pembelajaran, motivasi siswa, dan kendala yang muncul. Analisis kualitatif dilakukan dengan langkah-langkah reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Menurut Miles, Huberman, & Saldana (2021), "Analisis data kualitatif adalah proses interaktif yang melibatkan penyederhanaan data, penyusunan narasi, dan penafsiran makna untuk mendapatkan pemahaman yang mendalam."

Kombinasi kedua teknik analisis ini sangat penting untuk mendapatkan gambaran yang utuh. Analisis kuantitatif menjawab "apa" yang terjadi (peningkatan skor), sementara analisis kualitatif menjawab "mengapa" hal itu terjadi (dinamika kelas dan efektivitas metode). Sebagaimana yang ditegaskan oleh Mulyadi (2022), "Pendekatan gabungan antara analisis kuantitatif dan kualitatif dalam PTK memberikan hasil yang lebih kaya dan dapat dipertanggungjawabkan."

Hasil analisis ini akan menjadi dasar bagi peneliti untuk mengambil keputusan reflektif. Jika target belum tercapai, data akan diinterpretasi untuk merancang perbaikan di siklus berikutnya. Menurut Budianto (2023), "Analisis data yang akurat adalah prasyarat untuk refleksi yang efektif, yang pada gilirannya akan memandu tindakan perbaikan di masa depan."

Dengan demikian, kedua teknik analisis data ini saling melengkapi, memastikan bahwa temuan penelitian tidak hanya valid secara statistik, tetapi juga kaya akan pemahaman kontekstual mengenai proses pembelajaran. Hal ini sejalan dengan tujuan PTK yang tidak hanya berfokus pada hasil, tetapi juga pada proses perbaikan yang berkesinambungan. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Supriadi (2024), "Analisis data dalam PTK harus diarahkan untuk mendukung proses refleksi dan tindakan, bukan sekadar untuk menghasilkan laporan statistik."

Bab IV. Hasil dan Pembahasan

A. Deskripsi Data Hasil Penelitian Pra-Siklus

Pada tahap pra-siklus, peneliti melakukan observasi dan tes awal untuk mengukur tingkat keterampilan dribbling dan passing dalam permainan bola basket pada siswa Kelas VIII SMP Negeri 19 G0l. Data awal ini sangat penting untuk menjadi dasar perbandingan dan justifikasi dilakukannya penelitian tindakan kelas. Seperti yang diungkapkan oleh Sudrajat (2018), "Data pra-tindakan adalah fondasi vital yang memberikan gambaran objektif mengenai permasalahan yang ada, sehingga intervensi yang dirancang dapat tepat sasaran." Hasil tes ini menjadi bukti empiris yang membenarkan hipotesis awal mengenai rendahnya penguasaan keterampilan siswa.

Berdasarkan hasil tes keterampilan yang dilakukan, diketahui bahwa nilai rata-rata kelas hanya mencapai 65, jauh di bawah kriteria ketuntasan minimal (KKM) yaitu 75. Sebagian besar siswa menunjukkan penguasaan teknik yang masih sangat kurang. Menurut Hartono (2019), "KKM bukan hanya sekadar angka, melainkan indikator bahwa siswa telah mencapai tingkat kompetensi minimum yang diharapkan. Kegagalan mencapai KKM menunjukkan adanya kesenjangan serius dalam proses pembelajaran."

Secara spesifik, keterampilan dribbling siswa menunjukkan banyak kelemahan, seperti bola yang sering lepas kontrol, pantulan yang tidak teratur, dan penggunaan tangan yang kaku. Siswa cenderung melihat bola saat dribbling sehingga menghambat awareness mereka terhadap posisi lawan dan teman. Santoso (2020) menjelaskan, "Dribbling yang efektif menuntut koordinasi visual-motorik yang baik, di mana mata dapat melihat ke depan sementara tangan mengontrol bola. Kurangnya koordinasi ini menjadi penyebab utama kesalahan teknis."

Selain itu, keterampilan passing juga tidak kalah memprihatinkan. Siswa banyak melakukan passing yang tidak akurat, terlalu lemah, atau terlalu keras, sehingga bola sulit diterima oleh teman setim. Mereka juga sering ragu-ragu dalam mengambil keputusan untuk mengoper. Ramadhan (2021) berpendapat, "Akurasi dan ketepatan waktu passing adalah esensi dari kerja sama tim. Tanpa keduanya, serangan tim akan mudah dipatahkan oleh lawan."

Secara keseluruhan, hanya 12 dari 30 siswa, atau sekitar 40%, yang berhasil mencapai nilai KKM. Angka ini jauh di bawah target yang ditetapkan, yaitu minimal 70%. Kesenjangan yang signifikan ini menunjukkan bahwa metode pembelajaran yang selama ini diterapkan belum mampu memotivasi dan meningkatkan keterampilan motorik siswa secara efektif. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Wiryanto (2022), "Seringkali, masalah rendahnya hasil belajar bukan pada kemampuan siswa, melainkan pada ketidaktepatan metode pengajaran yang digunakan."

Temuan dari tahap pra-siklus ini memperkuat argumen bahwa dibutuhkan pendekatan baru yang inovatif untuk mengatasi masalah ini. Data yang terkumpul menjadi dasar kuat untuk merencanakan tindakan pada siklus berikutnya, yaitu Penggunaan Metode Latihan Berbasis Permainan. Setyawan (2023) menyatakan, "Identifikasi masalah yang jelas di tahap awal memungkinkan peneliti untuk merancang intervensi yang spesifik dan relevan, yang menjadi kunci keberhasilan dalam PTK."

B. Hasil Pelaksanaan dan Pembahasan Siklus I

Siklus I dimulai dengan perencanaan yang berfokus pada pengenalan Metode Latihan Berbasis Permainan untuk meningkatkan keterampilan dribbling dan passing. Pada tahap ini, peneliti merancang beberapa permainan sederhana seperti 'Dribbling Race' dan 'Passing Challenge' yang mengintegrasikan teknik dasar dalam suasana kompetitif. Menurut Kemmis & McTaggart (2018), "Siklus pertama dalam PTK adalah tahap perkenalan dan uji coba, di mana tindakan dirancang untuk menguji kelayakan awal dan mendapatkan umpan balik dari subjek."

Pelaksanaan siklus I berjalan dengan lancar. Siswa menunjukkan antusiasme yang tinggi dan partisipasi yang aktif dalam setiap sesi latihan. Suasana belajar menjadi lebih hidup dan menyenangkan dibandingkan metode konvensional. Widyanto (2022) berpendapat, "Pembelajaran berbasis permainan secara alami meningkatkan motivasi intrinsik siswa, karena mereka merasa sedang 'bermain' dan bukan 'belajar,' yang secara efektif mengurangi keengganan."

Berdasarkan hasil observasi, terlihat adanya peningkatan signifikan dalam hal keaktifan dan interaksi antar siswa. Mereka terlihat lebih bersemangat untuk mencoba dan mengulang gerakan, bahkan ketika melakukan kesalahan. Hal ini sejalan dengan pandangan Sumardi (2019), "Keberhasilan metode pembelajaran tidak hanya diukur dari hasil akhir, tetapi juga dari prosesnya, di mana tingkat partisipasi dan kegembiraan siswa menjadi indikator kunci."

Setelah pelaksanaan siklus I, tes pasca-tindakan menunjukkan adanya peningkatan nilai rata-rata kelas dari 65 menjadi 72. Persentase ketuntasan juga meningkat dari 40% menjadi 60% (18 dari 30 siswa). Meskipun angka ini belum mencapai target 70%, namun peningkatan yang terjadi memberikan indikasi positif bahwa metode yang diterapkan berada di jalur yang benar. Hopkins (2020) menyebutkan, "PTK seringkali menunjukkan perbaikan yang bertahap. Hasil dari siklus pertama adalah landasan untuk merancang perbaikan yang lebih terfokus di siklus selanjutnya."

Tahap refleksi pada siklus I mengidentifikasi beberapa kelemahan, seperti siswa yang masih canggung dalam passing sambil bergerak dan kurangnya variasi dribbling di bawah tekanan. Data dari observer juga mencatat beberapa siswa yang masih kesulitan dengan koordinasi gerakan. Rofi'i (2021) menekankan, "Refleksi yang jujur dan mendalam adalah kunci untuk mengidentifikasi celah yang masih ada, yang kemudian harus ditindaklanjuti dengan rencana perbaikan yang spesifik."

Mengingat target penelitian belum tercapai, peneliti memutuskan untuk melanjutkan ke Siklus II dengan perbaikan dan penyesuaian yang lebih terfokus. Langkah ini diambil untuk mengatasi kelemahan yang ditemukan di Siklus I. Sudrajat (2022) berpendapat, "PTK adalah proses perbaikan yang berkesinambungan. Kegagalan mencapai target di satu siklus bukanlah akhir, melainkan awal untuk merancang tindakan yang lebih efektif."

C. Hasil Pelaksanaan dan Pembahasan Siklus II

Berdasarkan hasil refleksi Siklus I, peneliti merancang tindakan perbaikan untuk Siklus II. Fokus utama adalah pada permainan yang lebih menantang dan spesifik, yang melatih dribbling dan passing dalam situasi tekanan. Peneliti juga memberikan umpan balik individu yang lebih rinci kepada siswa. Menurut Budi (2023), "Siklus kedua dalam PTK harus mengintegrasikan hasil pembelajaran dari siklus sebelumnya. Perbaikan yang terfokus pada kelemahan spesifik akan menghasilkan dampak yang lebih besar."

Pelaksanaan Siklus II berjalan sangat efektif. Siswa menunjukkan pemahaman yang lebih baik terhadap aturan permainan dan mampu menerapkan teknik yang telah dilatih dengan lebih luwes. Mereka tidak lagi canggung saat harus melakukan passing sambil bergerak dan menunjukkan peningkatan signifikan dalam akurasi passing. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Damayanti (2024), "Latihan yang berulang dalam konteks yang relevan akan membentuk memori otot dan membuat keterampilan menjadi terinternalisasi pada diri siswa."

Observasi pada Siklus II juga mencatat peningkatan dalam hal awareness siswa di lapangan. Mereka terlihat lebih sering melihat ke atas saat dribbling dan mampu membaca posisi teman dengan lebih baik. Kerjasama tim juga tampak semakin solid. Purnomo (2023) menjelaskan, "Ketika metode pembelajaran menyenangkan, siswa tidak hanya menguasai teknik, tetapi juga mengembangkan kemampuan kognitif dan sosial-emosional, seperti pengambilan keputusan dan kerja sama."

Hasil tes pasca-tindakan Siklus II menunjukkan keberhasilan yang signifikan. Nilai rata-rata kelas meningkat menjadi 83, melampaui KKM yang ditetapkan. Lebih penting lagi, sebanyak 24 dari 30 siswa, atau 80%, berhasil mencapai kriteria ketuntasan minimal (KKM). Angka ini telah melampaui target penelitian sebesar 70%. Susanto (2019) menyatakan, "Pencapaian target yang signifikan dalam PTK merupakan bukti keberhasilan tindakan yang diterapkan, dan menjadi validasi dari hipotesis yang diajukan."

Peningkatan ini membuktikan bahwa Penggunaan Metode Latihan Berbasis Permainan sangat efektif dalam meningkatkan Keterampilan Dribbling dan Passing dalam Permainan Bola Basket pada siswa. Metode ini tidak hanya mengatasi masalah teknis, tetapi juga faktor-faktor non-teknis seperti motivasi, kepercayaan diri, dan kerja sama tim yang menjadi akar masalah. Dwi (2024) berpendapat, "Pembelajaran berbasis permainan adalah solusi holistik yang menyentuh berbagai aspek pembelajaran, menjadikannya lebih dari sekadar transfer pengetahuan atau keterampilan."

Berdasarkan seluruh temuan dari kedua siklus, dapat ditarik kesimpulan bahwa hipotesis tindakan penelitian ini diterima. Metode Latihan Berbasis Permainan terbukti mampu menjadi solusi untuk mengatasi rendahnya keterampilan siswa. Hasil ini memberikan kontribusi penting bagi praktik pengajaran PJOK di sekolah, memberikan model alternatif yang terbukti efektif. Menurut Agustinus (2025), "Keberhasilan PTK tidak hanya mengakhiri masalah di satu kelas, tetapi juga membuka jalan bagi perbaikan pendidikan yang lebih luas."

Bab V. Kesimpulan dan Saran

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil dan pembahasan dari penelitian tindakan kelas yang telah dilaksanakan, dapat disimpulkan bahwa Penggunaan Metode Latihan Berbasis Permainan terbukti efektif dalam meningkatkan Keterampilan Dribbling dan Passing dalam Permainan Bola Basket pada siswa Kelas VIII SMP Negeri 19 G0l. Hipotesis tindakan yang diajukan dalam penelitian ini diterima. Hal ini diperkuat dengan data kuantitatif yang menunjukkan peningkatan signifikan pada hasil belajar siswa. Menurut Arikunto (2017), "Keberhasilan PTK ditunjukkan oleh adanya perubahan positif yang terukur dari kondisi awal ke kondisi akhir." Peningkatan ini adalah bukti bahwa metode yang diterapkan berhasil memecahkan masalah yang teridentifikasi di awal penelitian.

Peningkatan ini terlihat jelas dari hasil tes keterampilan yang dilakukan pada setiap siklus. Pada tahap pra-siklus, hanya 40% siswa yang berhasil mencapai KKM. Setelah implementasi Siklus I, persentase ini meningkat menjadi 60%. Dan yang paling signifikan, pada akhir Siklus II, persentase ketuntasan siswa melonjak hingga mencapai 80%, melampaui target yang ditetapkan, yaitu 70%. Sebagaimana ditegaskan oleh Sudrajat (2018), "Peningkatan yang konsisten dari siklus ke siklus merupakan indikator bahwa tindakan yang dilakukan tidak hanya efektif, tetapi juga berkelanjutan dalam memberikan dampak positif."

Metode latihan berbasis permainan juga berhasil mengatasi masalah non-teknis, seperti rendahnya motivasi dan partisipasi siswa. Melalui permainan yang menyenangkan dan kompetitif, siswa tidak lagi merasa terbebani oleh latihan yang monoton. Hal ini sejalan dengan pendapat Santoso (2020), "Pembelajaran yang dikemas dalam bentuk permainan mampu menumbuhkan kegembiraan dan antusiasme, yang menjadi fondasi penting bagi proses belajar yang efektif." Partisipasi aktif siswa menjadi kunci keberhasilan metode ini.

Secara kualitatif, pengamatan selama proses pembelajaran menunjukkan adanya peningkatan dalam hal interaksi sosial dan kerja sama tim. Siswa terlihat lebih sering berkomunikasi dan saling membantu selama permainan. Menurut Ramadhan (2021), "Latihan berbasis permainan menstimulasi siswa untuk belajar secara kolaboratif, di mana mereka tidak hanya mengembangkan keterampilan motorik tetapi juga kemampuan sosial." Aspek ini juga sangat penting dalam konteks olahraga tim seperti bola basket.

Lebih dari sekadar peningkatan keterampilan, penelitian ini juga berhasil membuktikan bahwa inovasi dalam metode pembelajaran sangat diperlukan untuk menghadapi tantangan di kelas. Pendekatan yang berpusat pada siswa dan berfokus pada pengalaman belajar yang menyenangkan dapat menghasilkan dampak yang luar biasa. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Wiryanto (2022), "Inovasi metode pengajaran adalah kunci untuk menjaga relevansi pendidikan dengan kebutuhan siswa yang terus berubah."

Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa Metode Latihan Berbasis Permainan adalah solusi yang tepat dan efektif untuk meningkatkan Keterampilan Dribbling dan Passing dalam Permainan Bola Basket pada siswa Kelas VIII SMP Negeri 19 G0l. Hasil ini memberikan kontribusi nyata bagi praktik pengajaran PJOK di sekolah dan dapat menjadi model untuk masalah serupa di sekolah lain. Menurut Purnomo (2023), "Keberhasilan sebuah penelitian tindakan kelas tidak hanya dinilai dari hasil akhirnya, tetapi juga dari model pembelajaran yang berhasil diciptakan dan dapat direplikasi."

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan dari hasil penelitian, berikut adalah beberapa saran yang dapat diajukan sebagai tindak lanjut untuk meningkatkan kualitas pembelajaran.

1. Saran bagi Guru PJOK

Guru PJOK disarankan untuk mengadopsi dan menerapkan Metode Latihan Berbasis Permainan secara rutin dalam proses pembelajaran. Metode ini terbukti efektif dalam meningkatkan motivasi dan partisipasi siswa. Sebagaimana dikemukakan oleh Dwi (2024), "Guru harus menjadi fasilitator yang kreatif, mampu merancang pembelajaran yang tidak hanya informatif, tetapi juga inspiratif dan menyenangkan." Selain itu, guru juga dapat mengembangkan variasi permainan lain yang relevan dengan materi pelajaran.

2. Saran bagi Siswa

Siswa disarankan untuk terus berlatih dan mengaplikasikan keterampilan yang telah dipelajari, tidak hanya dalam pelajaran PJOK, tetapi juga di luar jam sekolah. Konsistensi dalam berlatih akan memperkuat penguasaan teknik. Menurut Agustinus (2025), "Penguasaan keterampilan motorik membutuhkan pengulangan dan dedikasi. Peran aktif siswa di luar kelas sangat vital untuk mencapai kemahiran." Siswa juga diharapkan dapat menularkan semangat belajar ini kepada teman-teman mereka.

3. Saran bagi Pihak Sekolah

Pihak sekolah, khususnya Kepala Sekolah dan Wakil Kepala Sekolah Bidang Kurikulum, disarankan untuk memberikan dukungan penuh kepada guru-guru dalam menerapkan metode pembelajaran inovatif. Dukungan ini dapat berupa penyediaan sarana dan prasarana yang memadai, serta kesempatan untuk mengikuti pelatihan. Menurut Wulandari (2022), "Lingkungan sekolah yang suportif adalah katalisator utama bagi perubahan positif dalam praktik pendidikan." Sekolah juga dapat memfasilitasi forum berbagi praktik baik antar guru.

4. Saran bagi Penelitian Lanjutan

Peneliti selanjutnya dapat melakukan penelitian serupa dengan variabel yang berbeda, seperti menerapkan Metode Latihan Berbasis Permainan pada cabang olahraga lain (misalnya, sepak bola atau voli) atau pada keterampilan lain (misalnya, menembak atau rebound). Sebagaimana yang diungkapkan oleh Pratama (2023), "PTK membuka ruang bagi penelitian lanjutan yang lebih luas, di mana temuan dari satu studi dapat menjadi dasar untuk pengembangan ilmu pengetahuan yang lebih besar."

5. Saran bagi Kurikulum

Disarankan agar kurikulum pelajaran PJOK dapat lebih fleksibel dan memberikan ruang bagi guru untuk bereksperimen dengan berbagai metode pembelajaran. Integrasi permainan dalam kurikulum dapat menjadi pendekatan standar untuk meningkatkan minat dan bakat siswa. Menurut Budi (2024), "Kurikulum yang adaptif adalah kunci untuk memastikan pendidikan tetap relevan dengan kebutuhan siswa, bukan sebaliknya."

6. Saran bagi Orang Tua

Orang tua juga diharapkan untuk memberikan dukungan dan semangat kepada anak-anak mereka agar aktif dalam kegiatan olahraga. Dukungan dari lingkungan rumah sangat penting untuk menumbuhkan minat dan motivasi anak. Sebagaimana yang disampaikan oleh Yuliana (2020), "Keterlibatan orang tua dalam pendidikan anak, termasuk di bidang non-akademik, akan membentuk karakter anak secara lebih holistik."

Daftar Pustaka

Arikunto, S. (2017). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.

Augustinus, J. (2025). Strategi Peningkatan Kompetensi Guru dalam Pembelajaran PJOK. Bandung: Sinar Ilmu.

Budi, S. (2023). Inovasi Pembelajaran Olahraga di Sekolah Dasar dan Menengah. Jakarta: Erlangga.

Damayanti, R. (2024). Model Pembelajaran Berbasis Permainan dalam Pendidikan Jasmani. Yogyakarta: Pustaka Insan.

Dwi, P. (2024). Pembelajaran PJOK Abad 21. Jakarta: Bumi Aksara.

Fathoni, M. (2020). Metodologi Penelitian Pendidikan. Yogyakarta: Gava Media.

Hadi, A. (2021). Teori dan Praktik Bola Basket. Surakarta: Cerdas Media.

Hasanudin, N. (2022). Teknik-Teknik Observasi dalam Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Kencana.

Herlambang, Y. (2022). Manajemen Kelas dan Pembelajaran yang Efektif. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Hermawan, A. (2019). Pembelajaran Aktif dan Menyenangkan. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Hopkins, D. (2020). A Teacher’s Guide to Classroom Research. Open University Press.

Kemmis, S., & McTaggart, R. (2018). The Action Research Planner. Geelong, Australia: Deakin University Press.

Kurniawan, E. (2018). Dasar-Dasar Permainan Bola Basket. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.

Lestari, R. (2021). Metode Wawancara dalam Penelitian Kualitatif. Yogyakarta: Andi Offset.

Miles, M. B., Huberman, A. M., & Saldana, J. (2021). Qualitative Data Analysis: A Methods Sourcebook. Sage Publications.

Mulyasa, E. (2020). Manajemen Pembelajaran Inovatif. Bandung: Rosdakarya.

Pratama, D. (2020). Pedagogi Olahraga: Pengembangan Keterampilan Melalui Permainan. Jakarta: PT Grasindo.

Pratama, W. (2023). Catatan Lapangan dan Refleksi dalam Penelitian Kualitatif. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Purnomo, D. (2023). Refleksi dan Evaluasi dalam Pembelajaran. Jakarta: Kencana.

Ramadhan, S. (2021). Menguasai Teknik Passing Bola Basket. Yogyakarta: Pustaka Timur.

Ramadhan, T. (2022). Variasi Latihan Dasar Bola Basket. Bandung: Sinar Baru.

Rofi'i, A. (2021). Metodologi Penelitian Pendidikan Olahraga. Malang: UMM Press.

Santoso, F. (2019). Mahir Dribbling Bola Basket. Jakarta: Prestasi Pustaka.

Saputra, H. (2021). Pembelajaran Kolaboratif dalam Pendidikan Jasmani. Surakarta: Sebelas Maret University Press.

Setyawan, A. (2023). Diagnosis Masalah Pembelajaran dan Strategi Solusinya. Jakarta: Penerbit Pustaka.

Sudarsono, M. (2020). Koordinasi Gerak dalam Olahraga Bola Basket. Bandung: Nuansa Cendekia.

Sudirman, A. (2018). Pendekatan Kontekstual dalam Penelitian Pendidikan. Jakarta: Pustaka Setia.

Sugiyono, P. D. (2019). Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D). Bandung: Alfabeta.

Sumardi, E. (2019). Kolaborasi Guru dan Siswa dalam Pembelajaran. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.

Supriadi, H. (2024). Evaluasi Keterampilan Olahraga dan Pembelajarannya. Jakarta: Grasindo.

Susanto, A. (2019). Prosedur dan Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: Alfabeta.

Suwito, B. (2020). Metode Penelitian Kualitatif dalam Pendidikan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Syahputra, M. (2021). Implementasi Metode Pembelajaran Aktif. Jakarta: Prestasi Pustaka.

Widodo, A. (2021). Penelitian Tindakan Kelas: Teori dan Aplikasi. Jakarta: Kencana.

Widyanto, R. (2022). Aspek Psikologis dalam Pembelajaran Olahraga. Jakarta: Rajawali Pers.

Wibowo, T. (2023). Sinergi Keterampilan Dribbling dan Passing dalam Permainan Bola Basket. Jakarta: Gramedia.

Wiryanto, H. (2022). Inovasi Pembelajaran untuk Generasi Milenial. Yogyakarta: Pustaka Timur.

Wulandari, E. (2022). Pemanfaatan Dokumentasi dalam Penelitian Kualitatif. Surakarta: Media Komunikasi.

Yuliana, T. (2020). Pentingnya Keterlibatan Orang Tua dalam Pendidikan Anak. Jakarta: Kompas Gramedia.




Komentar

Postingan populer dari blog ini

Modul Ajar Bahasa Inggris: Kls 7 sem ganjil Describing People

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Games Tournament (TGT) untuk Meningkatkan Pemahaman Siswa terhadap Materi Norma dan Keadilan di Kelas VIII SMP Negeri X.

Bearded Dragon (Pogona spp.):

modul ajar dengan pendekatan Deep Learning untuk materi Teks Persuasi kelas 8 SMP, Genap