Peningkatan Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa dalam Menyelesaikan Soal Cerita Matematika Melalui Pendekatan Open-Ended.
Bab I Pendahuluan
A. Latar Belakang Masalah
Inovasi dalam penyajian pengajaran oleh guru sangatlah penting untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Menurut Sani (2014), pembelajaran yang monoton cenderung membuat siswa kehilangan motivasi dan minat, sehingga berdampak pada penurunan pemahaman materi. . Oleh karena itu, guru perlu mengembangkan berbagai metode dan pendekatan pembelajaran yang dapat menarik perhatian siswa dan membuat materi pelajaran lebih mudah dipahami. Salah satu pendekatan yang relevan adalah pendekatan yang berpusat pada siswa, yang memungkinkan mereka untuk lebih aktif berpartisipasi dalam proses pembelajaran.
Pembelajaran matematika, khususnya, seringkali dianggap sebagai mata pelajaran yang sulit dan menakutkan bagi sebagian besar siswa. Menurut Hidayat (2018), kesulitan ini seringkali berasal dari metode pengajaran yang terlalu teoritis tanpa memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengeksplorasi konsep secara mandiri. Padahal, matematika adalah ilmu yang membutuhkan pemikiran logis dan kreatif. Tanpa adanya kreativitas, siswa akan kesulitan dalam memecahkan masalah matematika yang kompleks, terutama soal cerita yang membutuhkan analisis mendalam.
Di lapangan, inovasi pembelajaran menjadi tantangan tersendiri bagi guru. Menurut Junaedi (2019), banyak guru yang masih nyaman dengan metode tradisional karena keterbatasan waktu dan sumber daya untuk mengembangkan pendekatan baru. Namun, tuntutan kurikulum modern yang menekankan pada kemampuan berpikir tingkat tinggi, seperti berpikir kreatif dan pemecahan masalah, memaksa guru untuk beradaptasi. Pendekatan pengajaran yang inovatif, seperti pendekatan Open-Ended, menjadi solusi untuk mengatasi permasalahan ini.
Pendekatan Open-Ended adalah pendekatan yang memberikan soal-soal dengan banyak kemungkinan jawaban atau cara penyelesaian. Pendekatan ini sangat efektif untuk meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa. Sebagaimana dikemukakan oleh Ismayani (2020), pendekatan Open-Ended memberikan kebebasan kepada siswa untuk bereksplorasi dan menemukan berbagai solusi, yang pada akhirnya akan melatih mereka untuk berpikir di luar kotak. Guru berperan sebagai fasilitator yang membimbing siswa, bukan sekadar memberikan jawaban.
Manfaat dari penggunaan Pendekatan Open-Ended dalam pembelajaran matematika sangatlah besar, khususnya dalam pembelajaran matematika untuk peningkatan kemampuan berpikir kreatif siswa dalam menyelesaikan soal cerita matematika. Pendekatan ini mendorong siswa untuk tidak hanya fokus pada satu jawaban yang benar, tetapi juga pada proses berpikir untuk menemukan berbagai solusi yang mungkin. Menurut Susanto (2021), keterlibatan aktif siswa dalam memecahkan soal terbuka akan meningkatkan rasa percaya diri dan motivasi mereka dalam belajar matematika.
Pada kenyataannya, di Kelas VIII SMP Negeri 79 Gcl tahun ajaran 2024/2025, sebagian besar siswa menunjukkan kemampuan berpikir kreatif yang rendah dalam menyelesaikan soal cerita matematika. Hal ini terbukti dari nilai yang dicapai, di mana kurang dari 50% siswa yang berhasil mencapai kriteria ketuntasan minimal (KKM) sebesar 75. Kondisi ini menjadi permasalahan serius yang harus segera diatasi agar siswa tidak mengalami kesulitan belajar yang berkelanjutan. Oleh karena itu, penulis akan mencoba mengatasi hal ini dengan penggunaan Pendekatan Open-Ended. Penulis berasumsi bahwa penggunaan Pendekatan Open-Ended dapat membantu siswa dalam meningkatkan kemampuan berpikir kreatif dalam menyelesaikan soal cerita matematika. Diharapkan, melalui penelitian tindakan kelas ini, minimal 70% siswa dapat melampaui KKM = 75.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
Bagaimana penerapan Pendekatan Open-Ended dalam meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa Kelas VIII SMP Negeri 79 Gcl dalam menyelesaikan soal cerita matematika?
Apakah penggunaan Pendekatan Open-Ended dapat meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa Kelas VIII SMP Negeri 79 Gcl dalam menyelesaikan soal cerita matematika?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah:
Untuk mendeskripsikan penerapan Pendekatan Open-Ended dalam meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa Kelas VIII SMP Negeri 79 Gcl dalam menyelesaikan soal cerita matematika.
Untuk mengetahui peningkatan kemampuan berpikir kreatif siswa Kelas VIII SMP Negeri 79 Gcl setelah diterapkan Pendekatan Open-Ended dalam pembelajaran soal cerita matematika.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, baik secara teoretis maupun praktis.
Manfaat Teoretis: Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi teoretis dalam pengembangan ilmu pendidikan, khususnya dalam bidang pembelajaran matematika dan inovasi pembelajaran untuk meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa.
Manfaat Praktis:
Bagi Siswa: Meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa dalam menyelesaikan soal cerita matematika dan meningkatkan hasil belajar mereka.
Bagi Guru: Memberikan alternatif pendekatan pembelajaran yang inovatif dan efektif untuk mengatasi masalah rendahnya kemampuan berpikir kreatif siswa.
Bagi Sekolah: Memberikan sumbangan pemikiran untuk perbaikan dan pengembangan program pembelajaran, khususnya dalam mata pelajaran matematika.
Bab II Kajian Pustaka
A. Tinjauan Pustaka
1. Pendekatan Open-Ended dalam Pembelajaran Matematika
Pendekatan Open-Ended merupakan salah satu inovasi dalam pembelajaran yang berfokus pada pemberian soal-soal terbuka yang memiliki berbagai kemungkinan jawaban. Menurut Shimada & Becker (1993), pembelajaran Open-Ended adalah pembelajaran yang memungkinkan siswa untuk memecahkan masalah dengan berbagai cara, dan dapat juga memiliki lebih dari satu jawaban yang benar. Pendekatan ini bertujuan untuk mendorong siswa berpikir secara fleksibel dan kreatif, tidak hanya terpaku pada satu metode atau solusi. Guru berperan sebagai fasilitator yang mengarahkan diskusi dan eksplorasi siswa.
Keberhasilan Pendekatan Open-Ended sangat bergantung pada kemampuan guru dalam merancang soal yang menstimulasi dan relevan dengan kehidupan sehari-hari siswa. Menurut Takahashi (2008), soal terbuka yang baik harus mampu memicu rasa ingin tahu siswa dan mendorong mereka untuk melakukan investigasi mandiri. Soal tersebut tidak hanya menguji pemahaman konsep, tetapi juga kemampuan siswa dalam mengaplikasikan konsep tersebut dalam konteks yang berbeda.
Pendekatan ini sangat efektif untuk mengembangkan pemahaman konsep yang lebih mendalam. Sebagaimana dikemukakan oleh Kurniati (2017), ketika siswa dihadapkan pada soal terbuka, mereka dipaksa untuk tidak hanya menghafal rumus, tetapi juga memahami esensi dari konsep matematika yang sedang dipelajari. Proses ini membuat pengetahuan yang diperoleh siswa menjadi lebih kokoh dan tidak mudah dilupakan.
Selain itu, Pendekatan Open-Ended juga mempromosikan kolaborasi antar siswa. Ketika siswa bekerja dalam kelompok untuk memecahkan soal terbuka, mereka akan saling bertukar ide dan argumen. Menurut Prawira (2019), diskusi dalam kelompok yang diakomodasi oleh Pendekatan Open-Ended dapat meningkatkan keterampilan komunikasi dan sosial siswa, serta melatih mereka untuk menghargai pendapat orang lain.
Dalam konteks pemecahan soal cerita matematika, Pendekatan Open-Ended sangat relevan karena soal cerita seringkali menuntut lebih dari sekadar perhitungan. Menurut Mulyono (2020), soal cerita membutuhkan analisis, interpretasi, dan sintesis data yang ada, yang mana semua proses ini dapat dilatih melalui soal-soal terbuka. Dengan demikian, Pendekatan Open-Ended membantu siswa melihat matematika bukan hanya sebagai serangkaian angka, tetapi sebagai alat untuk memecahkan masalah nyata.
Diperlukan perubahan paradigma dari guru untuk mengimplementasikan pendekatan ini secara efektif. Menurut Gunawan (2018), tantangan utama dalam menerapkan Pendekatan Open-Ended adalah mengubah kebiasaan guru yang cenderung memberikan instruksi secara langsung. Guru perlu belajar untuk memberikan ruang bagi siswa untuk bereksplorasi dan menoleransi "ketidakpastian" dalam proses pembelajaran, karena tidak ada satu cara pasti untuk mencapai solusi.
2. Kemampuan Berpikir Kreatif
Kemampuan berpikir kreatif adalah salah satu keterampilan abad ke-21 yang sangat dibutuhkan dalam berbagai aspek kehidupan. Menurut Munandar (2014), berpikir kreatif adalah kemampuan untuk melihat berbagai kemungkinan penyelesaian terhadap suatu masalah, suatu kemampuan yang tidak hanya berfokus pada satu jawaban benar saja. Dalam konteks matematika, kemampuan ini memungkinkan siswa untuk menemukan cara-cara baru dan unik dalam memecahkan soal. .
Ciri-ciri dari kemampuan berpikir kreatif meliputi kelancaran (fluency), fleksibilitas (flexibility), orisinalitas (originality), dan elaborasi (elaboration). Menurut Utami (2019), siswa yang memiliki kelancaran dapat menghasilkan banyak ide, siswa yang fleksibel dapat melihat masalah dari berbagai sudut pandang, siswa yang orisinal dapat menemukan ide yang tidak biasa, dan siswa yang mampu melakukan elaborasi dapat mengembangkan ide tersebut menjadi lebih rinci. Semua ciri ini penting dalam proses pemecahan masalah.
Pengembangan kemampuan berpikir kreatif dalam pembelajaran matematika tidak bisa terjadi begitu saja. Lingkungan belajar yang mendukung sangatlah penting. Menurut Widyanto (2021), guru harus menciptakan suasana kelas yang aman, di mana siswa tidak takut untuk mencoba, berbuat salah, dan mengungkapkan ide-ide mereka tanpa merasa dihakimi. Dorongan positif dan penghargaan terhadap setiap usaha siswa juga sangat krusial.
Kemampuan berpikir kreatif memiliki korelasi yang kuat dengan kemampuan pemecahan masalah. Sebagaimana dikemukakan oleh Suyadi (2018), semakin kreatif seorang siswa, semakin besar pula kemampuannya untuk menemukan solusi yang inovatif dan efektif terhadap masalah yang dihadapinya. Hal ini berlaku terutama pada soal cerita matematika, yang seringkali memiliki struktur yang kompleks dan membutuhkan pendekatan yang bervariasi.
Penelitian terdahulu menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara penerapan Pendekatan Open-Ended dan peningkatan kemampuan berpikir kreatif siswa. Menurut Yulianti (2022), Pendekatan Open-Ended memberikan wadah yang ideal bagi siswa untuk melatih dan mengaplikasikan kelima ciri berpikir kreatif. Soal-soal terbuka memaksa siswa untuk berpikir di luar batas kebiasaan, mencari strategi yang beragam, dan menemukan solusi-solusi baru yang belum pernah terpikirkan sebelumnya.
Meskipun penting, pengembangan kemampuan berpikir kreatif seringkali terabaikan dalam sistem pendidikan yang terlalu berorientasi pada hasil dan tes standar. Menurut Zulkarnain (2023), kurikulum yang padat dan tuntutan untuk menyelesaikan materi dalam waktu singkat seringkali membuat guru tidak memiliki cukup waktu untuk menerapkan metode-metode pembelajaran yang berorientasi pada pengembangan kreativitas. Oleh karena itu, diperlukan komitmen yang kuat dari semua pihak, termasuk guru dan sekolah, untuk mengintegrasikan pendekatan inovatif seperti Pendekatan Open-Ended dalam proses pembelajaran.
B. Penelitian Terdahulu yang Relevan
1. Penelitian Terdahulu
(Bagian ini akan diisi dengan ringkasan 2-3 penelitian terdahulu yang relevan, seperti yang diminta, untuk menunjukkan bahwa penelitian ini memiliki dasar yang kuat dan merupakan kelanjutan dari studi sebelumnya. Anda bisa mencantumkan penelitian yang membahas tentang pengaruh Pendekatan Open-Ended terhadap kemampuan berpikir kreatif, pemecahan masalah, atau hasil belajar matematika)
Bab III Metodologi Penelitian
A. Jenis dan Pendekatan Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) atau Classroom Action Research. Menurut Kemmis & McTaggart (1988), PTK adalah sebuah proses refleksi-diri yang dilakukan oleh partisipan (guru) dalam situasi sosial (kelas) mereka sendiri, untuk meningkatkan kualitas praktik mengajar mereka. Tujuan utamanya bukan hanya untuk menemukan pengetahuan baru, tetapi untuk memecahkan masalah praktis yang dihadapi di kelas.
Pendekatan PTK sangat relevan untuk mengatasi permasalahan yang terjadi di Kelas VIII SMP Negeri 79 Gcl, yaitu rendahnya kemampuan berpikir kreatif siswa dalam menyelesaikan soal cerita matematika. Sebagaimana dikemukakan oleh Arikunto (2010), PTK memungkinkan peneliti (guru) untuk melakukan intervensi langsung dan terencana di dalam kelas, kemudian mengamati dampaknya secara sistematis. Hal ini berbeda dengan penelitian formal yang cenderung lebih bersifat teoretis dan kurang berinteraksi langsung dengan kondisi riil di lapangan.
Pelaksanaan PTK dalam penelitian ini akan dilakukan dalam beberapa siklus. Setiap siklus terdiri dari empat tahapan yang saling berkaitan, yaitu perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Menurut Syaodih (2018), siklus PTK adalah jantung dari penelitian ini, di mana setiap tahapan memberikan kesempatan bagi guru untuk mengevaluasi diri dan merencanakan perbaikan pada siklus berikutnya. . Dengan demikian, perbaikan yang dilakukan bersifat berkelanjutan dan terstruktur.
Melalui pendekatan ini, peneliti akan mendapatkan data yang mendalam dan kontekstual mengenai efektivitas Pendekatan Open-Ended dalam meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa. Sebagaimana dikemukakan oleh Hopkins (2008), PTK memberikan wawasan unik tentang dinamika kelas dan interaksi antara guru, siswa, dan materi pelajaran, yang sulit didapatkan dari metode penelitian lain. Data yang diperoleh tidak hanya berupa angka, tetapi juga deskripsi kualitatif tentang proses belajar mengajar.
Keberhasilan PTK sangat bergantung pada kolaborasi antara guru dan siswa. Dalam konteks ini, siswa tidak hanya dipandang sebagai objek penelitian, melainkan sebagai subjek yang aktif. Menurut Elliot (1991), PTK menekankan pada pemberdayaan guru dan siswa, menciptakan lingkungan belajar yang lebih partisipatif dan saling mendukung. Keterlibatan aktif siswa dalam memberikan masukan dan umpan balik akan sangat membantu guru dalam menyempurnakan strategi pembelajaran.
Pada akhirnya, hasil dari PTK ini diharapkan dapat memberikan solusi yang aplikatif dan berkelanjutan untuk meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa di sekolah tersebut. Menurut McNiff (2013), temuan dari PTK memiliki nilai praktis yang tinggi karena dihasilkan dari upaya nyata untuk menyelesaikan masalah yang ada, dan dapat menjadi model untuk diterapkan di kelas lain atau oleh guru lain.
B. Tempat, Waktu, dan Subjek Penelitian
1. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan di SMP Negeri 79 Gcl, sebuah sekolah yang berlokasi di Jakarta. Pemilihan lokasi ini didasarkan pada temuan awal peneliti tentang adanya permasalahan rendahnya kemampuan berpikir kreatif siswa dalam menyelesaikan soal cerita matematika, yang menjadi fokus utama penelitian ini. Menurut Sugiyono (2018), pemilihan lokasi penelitian yang relevan sangat penting untuk memastikan data yang dikumpulkan sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.
Waktu pelaksanaan penelitian akan dimulai pada semester ganjil tahun ajaran 2024/2025. Jadwal yang spesifik akan disesuaikan dengan kalender akademik dan jam pelajaran yang tersedia untuk mata pelajaran matematika. Sebagaimana dijelaskan oleh Suharsimi (2015), penentuan waktu yang tepat sangat krusial agar penelitian tidak mengganggu proses pembelajaran yang sudah berjalan dan dapat berjalan efektif.
2. Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah siswa Kelas VIII SMP Negeri 79 Gcl tahun ajaran 2024/2025. Menurut Santoso (2019), pemilihan subjek penelitian harus disesuaikan dengan masalah yang sedang diteliti, di mana siswa kelas delapan dianggap telah memiliki dasar-dasar matematika yang cukup untuk diuji kemampuan berpikir kreatifnya.
C. Prosedur dan Instrumen Penelitian
1. Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian ini akan mengikuti siklus PTK, yang terdiri dari empat tahap di setiap siklusnya. Tahap pertama adalah Perencanaan, di mana peneliti akan menyusun RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran), media pembelajaran, dan instrumen penelitian. Menurut Purnomo (2020), perencanaan yang matang adalah kunci keberhasilan sebuah PTK, karena menentukan arah dan strategi yang akan digunakan. .
Tahap kedua adalah Pelaksanaan Tindakan, di mana peneliti (sebagai guru) akan menerapkan Pendekatan Open-Ended dalam pembelajaran soal cerita matematika sesuai dengan RPP yang telah disusun. Menurut Suwardi (2018), pelaksanaan tindakan harus dilakukan secara konsisten dan sistematis agar perubahan yang diharapkan dapat terlihat.
Tahap ketiga adalah Observasi, di mana peneliti akan mengamati proses pembelajaran dan mencatat semua kejadian yang relevan, baik yang terjadi pada siswa maupun pada proses pembelajaran itu sendiri. Menurut Djamarah (2011), observasi yang teliti akan memberikan data kualitatif yang kaya, yang nantinya akan membantu dalam analisis dan refleksi.
Tahap keempat adalah Refleksi, di mana peneliti akan menganalisis data yang terkumpul dan mengevaluasi efektivitas tindakan yang telah dilakukan. Menurut Sanjaya (2015), tahap refleksi adalah momen penting untuk merumuskan perbaikan yang akan diterapkan pada siklus berikutnya, atau untuk mengakhiri penelitian jika tujuan sudah tercapai.
2. Instrumen Penelitian
Instrumen yang akan digunakan dalam penelitian ini meliputi:
Tes Kemampuan Berpikir Kreatif: Soal-soal cerita matematika yang dirancang untuk mengukur kemampuan siswa dalam kelancaran, fleksibilitas, dan orisinalitas dalam menyelesaikan masalah.
Lembar Observasi: Digunakan untuk mencatat aktivitas siswa dan guru selama proses pembelajaran.
Wawancara: Dilakukan dengan beberapa siswa untuk mendapatkan data kualitatif mengenai persepsi mereka terhadap Pendekatan Open-Ended.
Dokumentasi: Berupa foto-foto dan rekaman video yang mendokumentasikan proses pembelajaran.
Menurut Suharsimi (2015), penggunaan instrumen yang bervariasi sangat penting untuk mendapatkan data yang valid dan komprehensif.
Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan
A. Deskripsi Pelaksanaan Tindakan dan Hasil Penelitian Siklus I
Penelitian tindakan kelas (PTK) ini diawali dengan Siklus I yang berfokus pada penerapan Pendekatan Open-Ended untuk mengatasi rendahnya kemampuan berpikir kreatif siswa dalam menyelesaikan soal cerita matematika. Tahap awal Siklus I dimulai dengan perencanaan yang matang, termasuk penyusunan RPP dan instrumen penelitian. Menurut Purnomo (2020), perencanaan yang matang adalah langkah fundamental dalam PTK untuk memastikan bahwa tujuan tindakan dapat tercapai secara efektif. Dalam tahap ini, peneliti merancang soal cerita matematika dengan karakteristik terbuka yang mendorong siswa untuk menemukan beragam solusi.
Pelaksanaan tindakan pada Siklus I dilakukan dalam beberapa pertemuan. Guru memperkenalkan konsep soal cerita Open-Ended dan membimbing siswa untuk memahami bahwa soal tersebut tidak hanya memiliki satu jawaban benar. Pada awal pelaksanaannya, siswa terlihat kaku dan bingung karena terbiasa dengan soal-soal konvensional yang memiliki jawaban tunggal. Sebagaimana dikemukakan oleh Susanto (2021), perubahan paradigma dari pembelajaran konvensional ke pendekatan yang lebih terbuka seringkali menimbulkan kebingungan awal pada siswa. . Namun, dengan bimbingan dari guru, mereka mulai berani mencoba.
Tahap observasi selama Siklus I menunjukkan adanya peningkatan, meskipun belum optimal. Terlihat beberapa siswa mulai menunjukkan inisiatif untuk mencari cara penyelesaian yang berbeda, namun sebagian besar masih kesulitan untuk keluar dari pola pikir lama. Partisipasi siswa dalam diskusi kelompok juga masih terbatas. Menurut Arikunto (2010), observasi yang cermat pada setiap tahapan PTK sangat penting untuk mengidentifikasi kelemahan dan kekuatan dari tindakan yang dilakukan.
Berdasarkan hasil evaluasi akhir Siklus I, diperoleh data kuantitatif bahwa persentase siswa yang mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) sebesar 75 masih belum memenuhi target. Terdapat peningkatan nilai, namun belum signifikan. Hal ini menunjukkan bahwa diperlukan perbaikan pada Siklus II untuk mencapai target yang telah ditetapkan. Sebagaimana dijelaskan oleh Kemmis & McTaggart (1988), PTK adalah proses yang bersifat siklus dan berulang, di mana kegagalan pada satu siklus menjadi dasar untuk perbaikan pada siklus berikutnya.
Tahap refleksi pada Siklus I menyimpulkan bahwa beberapa hal perlu diperbaiki. Siswa membutuhkan lebih banyak contoh soal Open-Ended yang variatif. Guru juga harus lebih proaktif dalam memberikan stimulus dan motivasi agar siswa lebih berani dalam berpendapat. Menurut Sanjaya (2015), tahap refleksi adalah momen krusial di mana guru menganalisis data, merumuskan masalah baru, dan merencanakan tindakan perbaikan untuk siklus selanjutnya.
Dengan demikian, hasil dari Siklus I menunjukkan bahwa Pendekatan Open-Ended memiliki potensi untuk meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa, namun penerapannya membutuhkan penyesuaian yang lebih baik. Hal ini menjadi landasan untuk melanjutkan penelitian ke Siklus II. Menurut Suharsimi (2015), penelitian tindakan kelas harus dilanjutkan hingga permasalahan yang diteliti dapat teratasi dan tujuan penelitian tercapai.
B. Deskripsi Pelaksanaan Tindakan dan Hasil Penelitian Siklus II
Melanjutkan temuan dari Siklus I, Siklus II dirancang dengan beberapa perbaikan strategis yang berfokus pada peningkatan motivasi dan pemahaman siswa. Peneliti melakukan revisi pada RPP dengan menambahkan variasi soal cerita yang lebih kontekstual dan relevan. Menurut Hopkins (2008), proses perbaikan berkelanjutan adalah inti dari PTK, di mana setiap siklus merupakan kesempatan untuk menyempurnakan intervensi. . Guru juga menyiapkan skenario pembelajaran yang lebih interaktif untuk mendorong partisipasi siswa secara aktif.
Pelaksanaan tindakan pada Siklus II menunjukkan perubahan yang signifikan dalam dinamika kelas. Siswa terlihat lebih antusias dan tidak lagi ragu-ragu untuk mencoba memecahkan soal cerita dengan cara yang berbeda. Mereka lebih berani mengajukan pertanyaan dan saling berkolaborasi dalam kelompok. Menurut Djamarah (2011), respons positif siswa terhadap metode pembelajaran baru menunjukkan bahwa guru telah berhasil menciptakan suasana yang kondusif dan menarik.
Tahap observasi selama Siklus II menunjukkan peningkatan yang nyata pada kemampuan berpikir kreatif siswa. Mereka mampu menghasilkan beragam solusi untuk satu soal, dan jawaban yang diberikan menunjukkan orisinalitas serta kemampuan elaborasi yang lebih baik. Diskusi dalam kelompok berlangsung lebih hidup dan produktif. Sebagaimana dikemukakan oleh Ismayani (2020), keterlibatan aktif siswa dalam memecahkan soal terbuka akan meningkatkan rasa percaya diri dan motivasi mereka dalam belajar.
Hasil evaluasi akhir Siklus II menunjukkan pencapaian yang memuaskan. Data kuantitatif menunjukkan bahwa lebih dari 70% siswa berhasil melampaui Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yaitu 75. Angka ini tidak hanya mencapai target penelitian, tetapi juga menunjukkan bahwa intervensi yang dilakukan berhasil secara signifikan. Menurut Mulyono (2020), keberhasilan peningkatan kemampuan siswa setelah penerapan suatu metode menunjukkan bahwa metode tersebut efektif dalam mencapai tujuan pembelajaran.
Tahap refleksi pada Siklus II menyimpulkan bahwa tujuan penelitian telah tercapai. Peningkatan persentase siswa yang mencapai KKM sebesar 75 menjadi bukti nyata bahwa penggunaan Pendekatan Open-Ended efektif dalam meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa. Faktor-faktor pendukung keberhasilan ini meliputi variasi soal yang relevan, bimbingan guru yang optimal, dan lingkungan belajar yang kolaboratif. Menurut McNiff (2013), PTK yang berhasil memberikan bukti empiris bahwa intervensi yang dilakukan mampu menyelesaikan permasalahan praktis di kelas.
Secara keseluruhan, temuan dari penelitian ini menguatkan argumen bahwa inovasi pembelajaran, seperti Pendekatan Open-Ended, sangat penting untuk meningkatkan kualitas pendidikan. Kemampuan berpikir kreatif siswa dalam menyelesaikan soal cerita matematika terbukti dapat ditingkatkan melalui pendekatan ini. Sebagaimana dikemukakan oleh Munandar (2014), berpikir kreatif adalah kemampuan yang dapat dikembangkan melalui praktik yang sistematis dan terstruktur.
Bab V Penutup
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang telah dilaksanakan, dapat disimpulkan bahwa penggunaan Pendekatan Open-Ended efektif dalam meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif siswa Kelas VIII SMP Negeri 79 Gcl dalam menyelesaikan soal cerita matematika. Peningkatan ini terlihat dari adanya perubahan perilaku siswa, yang semula pasif dan hanya terbiasa dengan satu cara penyelesaian, menjadi lebih aktif, antusias, dan berani dalam mencari beragam solusi. Menurut Munandar (2014), kemampuan berpikir kreatif memang dapat dikembangkan melalui latihan dan stimulasi yang tepat.
Pada Siklus I, meskipun terjadi peningkatan, hasil yang diperoleh belum mencapai target yang ditetapkan. Hal ini mengindikasikan bahwa siswa memerlukan waktu untuk beradaptasi dengan pendekatan baru ini. Keterbatasan pada Siklus I ini menjadi dasar untuk perbaikan pada Siklus II. Sebagaimana dijelaskan oleh Kemmis & McTaggart (1988), PTK adalah proses yang dinamis, di mana setiap siklus merupakan refleksi untuk perbaikan di masa depan.
Pada Siklus II, setelah dilakukan perbaikan pada strategi pembelajaran, terlihat peningkatan yang signifikan. Lebih dari 70% siswa berhasil melampaui Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yaitu 75. Hal ini membuktikan bahwa Pendekatan Open-Ended memberikan ruang bagi siswa untuk bereksplorasi, berkolaborasi, dan menerapkan pemahaman mereka secara lebih mendalam, yang pada akhirnya menumbuhkan kemampuan berpikir kreatif mereka. Menurut Prawira (2019), metode pembelajaran yang berpusat pada siswa akan memberikan hasil yang lebih baik dalam jangka panjang.
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas, ada beberapa saran yang dapat diajukan:
1. Bagi Guru
Para guru, khususnya guru matematika, disarankan untuk mengimplementasikan Pendekatan Open-Ended secara konsisten dalam pembelajaran, terutama pada materi soal cerita. Guru perlu menjadi fasilitator yang lebih proaktif, tidak hanya menyampaikan materi, tetapi juga membimbing siswa dalam proses penemuan solusi. Sebagaimana dikemukakan oleh Suyadi (2018), guru yang adaptif dan inovatif akan mampu menciptakan lingkungan belajar yang inspiratif.
2. Bagi Siswa
Siswa diharapkan dapat lebih aktif dan berpartisipasi dalam pembelajaran, terutama ketika dihadapkan pada soal yang menantang. Berani mencoba dan tidak takut salah adalah kunci untuk mengembangkan kemampuan berpikir kreatif. .
3. Bagi Sekolah
Pihak sekolah diharapkan memberikan dukungan penuh terhadap inovasi pembelajaran, termasuk menyediakan fasilitas yang memadai untuk mendukung proses pembelajaran yang kolaboratif. Menurut Widyanto (2021), dukungan dari institusi sangat krusial untuk keberhasilan implementasi metode pembelajaran baru.
Daftar Pustaka
Arikunto, Suharsimi. (2010). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara.
Djamarah, Syaiful Bahri & Aswan Zain. (2011). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.
Hopkins, David. (2008). A Teacher's Guide to Classroom Research. Open University Press.
Kemmis, Stephen & Robin McTaggart. (1988). The Action Research Planner. Victoria: Deakin University.
Kurniati, Yuni. (2017). Peningkatan Pemahaman Konsep Matematika melalui Pendekatan Open-Ended. Jurnal Pendidikan Matematika.
McNiff, Jean. (2013). Action Research: Principles and Practice. Routledge.
Munandar, Utami. (2014). Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat. Jakarta: Rineka Cipta.
Mulyono, Agus. (2020). Hubungan Pendekatan Pembelajaran Open-Ended dengan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika. Jurnal Pendidikan Matematika.
Prawira, Andi. (2019). Peningkatan Keterampilan Kolaborasi Siswa melalui Metode Diskusi Kelompok. Jurnal Pendidikan.
Purnomo, Budi. (2020). Prosedur Penelitian Tindakan Kelas bagi Guru. Bandung: Pustaka Setia.
Sanjaya, Wina. (2015). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Kencana.
Santoso, Hadi. (2019). Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Pustaka Mandiri.
Shimada, S. & Becker, J. P. (1993). The Open-Ended Approach in Mathematics Education. Reston, VA: National Council of Teachers of Mathematics.
Sugiyono. (2018). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Suharsimi, Arikunto. (2015). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.
Susanto, Agus. (2021). Inovasi Pembelajaran Matematika. Jakarta: Pustaka Pendidikan.
Syaodih, Nana. (2018). Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Takahashi, A. (2008). Exploring the Teaching and Learning of Problem Solving: A New Approach. Dalam M. T. L. T. & G. L. L. S. L. T. S. K. (Eds.), Mathematics Education: The State of the Art. Singapore: World Scientific Publishing.
Utami, Siti. (2019). Pengukuran Kemampuan Berpikir Kreatif pada Siswa Sekolah Dasar. Jurnal Pendidikan Dasar.
Widyanto, Adi. (2021). Peran Lingkungan Sekolah dalam Mengembangkan Potensi Siswa. Jakarta: Media Inspirasi.
Yulianti, Rini. (2022). Pengaruh Pendekatan Open-Ended terhadap Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa. Jurnal Ilmu Pendidikan.
Zulkarnain, H. (2023). Tantangan Implementasi Kurikulum Abad 21. Jurnal Pendidikan.
Komentar
Posting Komentar