Pengembangan Modul Pembelajaran Berbasis Proyek untuk Meningkatkan Keterampilan Siswa dalam Mengolah Sampah Organik menjadi Kompos.
I. Pendahuluan
Latar Belakang
Pendidikan memiliki peran krusial dalam membentuk generasi muda yang tidak hanya cerdas secara akademis, tetapi juga memiliki kepedulian terhadap lingkungan dan keterampilan praktis yang relevan dengan tantangan zaman.
Di era modern ini, permasalahan lingkungan, khususnya pengelolaan sampah, menjadi isu global yang mendesak. Indonesia, sebagai negara kepulauan dengan populasi padat, menghadapi tantangan besar dalam mengelola volume sampah yang terus meningkat. Data menunjukkan bahwa sebagian besar sampah di Indonesia adalah sampah organik, yang jika tidak dikelola dengan baik dapat menimbulkan berbagai dampak negatif seperti pencemaran tanah dan air, serta emisi gas metana yang berkontribusi pada perubahan iklim.
Pendidikan tentang pengelolaan sampah di Indonesia, khususnya di sekolah, masih menghadapi tantangan besar. Meskipun ada peningkatan kesadaran akan pentingnya isu ini, penerapannya dalam kehidupan sehari-hari masih jauh dari kata ideal. Kurikulum sekolah cenderung menekankan teori tentang sampah tanpa memberikan kesempatan yang cukup bagi siswa untuk terlibat langsung dalam praktik daur ulang atau pengolahan sampah.
Fokus yang berlebihan pada teori ini mengakibatkan kesenjangan antara pengetahuan dan keterampilan. Siswa mungkin memahami konsep-konsep seperti pemilahan sampah atau bahaya plastik, tetapi mereka sering kekurangan pengalaman praktis. Misalnya, banyak siswa tidak tahu bagaimana cara mengubah sampah organik menjadi kompos, padahal ini adalah keterampilan dasar yang penting untuk mengurangi volume sampah.
Situasi ini menyoroti kebutuhan akan pendekatan yang lebih holistik dalam pendidikan lingkungan. Untuk benar-benar efektif, pembelajaran tentang sampah harus mencakup lebih banyak kegiatan praktis dan proyek nyata. Dengan begitu, siswa dapat mengembangkan keterampilan konkret yang diperlukan untuk mengelola sampah secara efektif, bukan hanya sekadar memahami teorinya.
Kurikulum pendidikan saat ini telah menekankan pentingnya pembelajaran aktif dan kontekstual. Salah satu pendekatan yang relevan adalah pembelajaran berbasis proyek (Project-Based Learning/PBL). PBL memungkinkan siswa untuk belajar melalui pengalaman langsung, memecahkan masalah nyata, dan mengembangkan keterampilan abad ke-21 seperti berpikir kritis, kolaborasi, komunikasi, dan kreativitas. Dengan menerapkan PBL, siswa tidak hanya memahami konsep secara teoritis, tetapi juga mengaplikasikannya dalam konteks nyata, sehingga pembelajaran menjadi lebih bermakna dan berkesan.
Berdasarkan observasi awal di beberapa sekolah, ditemukan bahwa:
1. Kurangnya modul pembelajaran yang spesifik dan terstruktur mengenai pengelolaan sampah organik menjadi kompos yang dapat memfasilitasi pembelajaran berbasis proyek. Materi yang ada seringkali masih bersifat umum atau hanya memberikan informasi dasar tanpa panduan praktis yang mendalam.
2. Keterampilan praktis siswa dalam mengolah sampah organik menjadi kompos masih rendah.** Meskipun ada upaya untuk mengenalkan konsep daur ulang, siswa belum banyak terlibat dalam praktik langsung yang sistematis.
3. Potensi lingkungan sekolah sebagai sumber belajar belum dimanfaatkan secara maksimal. Sampah organik yang dihasilkan di lingkungan sekolah (sisa makanan kantin, daun kering, dll.) dapat menjadi objek pembelajaran yang sangat relevan.
Melihat kondisi di atas, pengembangan modul pembelajaran berbasis proyek menjadi sangat relevan. Modul ini diharapkan dapat menjadi panduan yang komprehensif bagi guru dan siswa untuk melaksanakan proyek pengolahan sampah organik menjadi kompos, mulai dari perencanaan, pelaksanaan, hingga evaluasi. Dengan adanya modul ini, diharapkan pembelajaran dapat menjadi lebih terstruktur, menarik, dan berpusat pada siswa, sehingga secara signifikan dapat meningkatkan keterampilan siswa dalam mengolah sampah organik menjadi kompos.
Penelitian tindakan kelas ini berfokus pada upaya mengatasi kesenjangan antara pengetahuan dan keterampilan siswa dalam pengelolaan sampah organik, dengan mengembangkan dan mengimplementasikan modul pembelajaran berbasis proyek.
Diharapkan hasil penelitian ini tidak hanya meningkatkan keterampilan siswa, tetapi juga menumbuhkan kesadaran dan kepedulian mereka terhadap lingkungan, serta mendorong sekolah untuk menjadi agen perubahan dalam pengelolaan sampah yang berkelanjutan.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, rumusan masalah dalam penelitian tindakan kelas ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana pengembangan modul pembelajaran berbasis proyek dapat meningkatkan keterampilan siswa dalam mengolah sampah organik menjadi kompos?
2. Bagaimana keterampilan siswa
dalam mengolah sampah organik menjadi kompos meningkat setelah menggunakan modul pembelajaran berbasis proyek?
3. Bagaimana respons dan partisipasi siswa terhadap penggunaan modul pembelajaran berbasis proyek dalam kegiatan pengolahan sampah organik menjadi kompos?
Rumusan masalah ini dirancang untuk menggali efektivitas modul pembelajaran berbasis proyek dalam meningkatkan keterampilan praktis siswa, serta melihat bagaimana proses pengembangan dan respons siswa terhadap modul tersebut.
Tujuan Penulisan
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan judul "Pengembangan Modul Pembelajaran Berbasis Proyek untuk Meningkatkan Keterampilan Siswa dalam Mengolah Sampah Organik menjadi Kompos" memiliki tujuan sebagai berikut:
1. Mengembangkan Modul Pembelajaran Berbasis Proyek:
Untuk menghasilkan sebuah modul pembelajaran yang spesifik, terstruktur, dan aplikatif tentang pengolahan sampah organik menjadi kompos yang dapat digunakan sebagai panduan bagi guru dan siswa.
2. Meningkatkan Keterampilan Siswa dalam Mengolah Sampah Organik menjadi Kompos:
Untuk mengetahui sejauh mana penerapan modul pembelajaran berbasis proyek dapat secara signifikan meningkatkan keterampilan praktis siswa dalam mengolah sampah organik menjadi kompos.
3. Meningkatkan Motivasi dan Partisipasi Siswa dalam Pembelajaran:
Untuk mengidentifikasi dampak penggunaan modul pembelajaran berbasis proyek terhadap motivasi, minat, dan partisipasi aktif siswa dalam proses pembelajaran pengelolaan sampah organik.
4. Menumbuhkan Kesadaran dan Kepedulian Lingkungan Siswa:
Untuk melihat sejauh mana proyek pengolahan kompos ini dapat menumbuhkan kesadaran dan kepedulian siswa terhadap pentingnya pengelolaan sampah dan pelestarian lingkungan.
5. Mendeskripsikan Efektivitas Modul Pembelajaran Berbasis Proyek:
Untuk menganalisis efektivitas modul pembelajaran yang dikembangkan dalam mencapai tujuan pembelajaran dan meningkatkan hasil belajar siswa, khususnya dalam aspek keterampilan dan sikap.
Manfaat Penulisan
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini diharapkan dapat memberikan berbagai manfaat bagi berbagai pihak yang terlibat, baik secara langsung maupun tidak langsung, dalam upaya peningkatan kualitas pendidikan dan kepedulian lingkungan. Manfaat-manfaat tersebut antara lain:
Bagi Siswa
Peningkatan Keterampilan Praktis:
Siswa akan memperoleh keterampilan nyata dan terukur dalam mengolah sampah organik menjadi kompos, mulai dari memilah, mengolah, hingga memanen kompos. Keterampilan ini relevan dan dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.
Peningkatan Pemahaman Konseptual: Pembelajaran berbasis proyek memungkinkan siswa untuk memahami konsep daur ulang, ekosistem, dan pentingnya pengelolaan sampah secara lebih mendalam dan kontekstual, bukan hanya sekadar teori.
Pengembangan Keterampilan Abad ke-21: Siswa akan terlatih dalam berpikir kritis, kolaborasi, komunikasi, dan kreativitas melalui tahapan proyek yang sistematis. Mereka belajar memecahkan masalah, bekerja sama dalam tim, dan menyajikan hasil karyanya.
Penumbuhan Kesadaran Lingkungan: Keterlibatan langsung dalam pengolahan sampah akan menumbuhkan sikap peduli dan bertanggung jawab terhadap lingkungan, serta mendorong kebiasaan baik dalam pengelolaan sampah di rumah dan di sekolah.
Peningkatan Motivasi Belajar:
Pembelajaran yang menarik dan relevan melalui proyek nyata dapat meningkatkan motivasi dan minat belajar siswa, karena mereka melihat langsung manfaat dari apa yang mereka pelajari.
Bagi Guru
Peningkatan Kompetensi Profesional: Guru akan mendapatkan panduan yang jelas dan terstruktur dalam melaksanakan pembelajaran berbasis proyek, khususnya dalam topik pengelolaan sampah organik. Ini akan memperkaya metode pengajaran guru.
Efisiensi dalam Proses Pembelajaran:
Adanya modul pembelajaran yang terstruktur akan memudahkan guru dalam merancang, melaksanakan, dan mengevaluasi kegiatan pembelajaran, sehingga waktu dan tenaga dapat dimanfaatkan lebih efektif.
Peningkatan Inovasi Pembelajaran:
Guru dapat menginspirasi untuk mengembangkan inovasi pembelajaran lain yang serupa, mengadaptasi modul untuk topik lain, atau menciptakan proyek-proyek baru yang relevan dengan kebutuhan siswa dan lingkungan sekolah.
Peningkatan Profesionalisme:
Melalui PTK, guru secara langsung terlibat dalam penyelesaian masalah pembelajaran, yang berkontribusi pada pengembangan karier dan profesionalisme guru.
Bagi Sekolah
Peningkatan Mutu Pembelajaran: Sekolah dapat menunjukkan komitmennya dalam meningkatkan kualitas pendidikan dengan mengimplementasikan metode pembelajaran yang inovatif dan relevan.
Penciptaan Lingkungan Belajar yang Kondusif: Adanya proyek pengolahan kompos dapat menjadikan lingkungan sekolah lebih bersih, hijau, dan kondusif sebagai laboratorium hidup bagi siswa untuk belajar tentang keberlanjutan.
Pengembangan Budaya Peduli Lingkungan: Sekolah dapat membangun budaya sekolah yang ramah lingkungan melalui praktik pengelolaan sampah yang berkelanjutan, dan menjadi contoh bagi sekolah lain atau masyarakat sekitar.
Peningkatan Citra Sekolah: Sekolah yang aktif dalam kegiatan pelestarian lingkungan dan inovasi pembelajaran akan memiliki citra positif di mata masyarakat, orang tua, dan pemerintah.
Bagi Peneliti Lain/Praktisi Pendidikan
Sumber Referensi:
Hasil penelitian ini dapat menjadi referensi dan inspirasi bagi peneliti lain atau praktisi pendidikan yang ingin mengembangkan modul atau menerapkan pembelajaran berbasis proyek pada topik serupa atau berbeda.
Pengembangan Teori/Praktik: Penelitian ini berkontribusi pada pengembangan praktik baik dalam pembelajaran berbasis proyek dan pengelolaan lingkungan di sekolah.
Batasan Masalah
Untuk memastikan penelitian ini fokus dan dapat dilaksanakan secara efektif, batasan masalahnya adalah sebagai berikut:
1. Fokus Pengembangan Modul: Penelitian ini terbatas pada pengembangan modul pembelajaran berbasis proyek yang dirancang khusus untuk topik pengolahan sampah organik menjadi kompos. Aspek lain dari pengelolaan sampah (misalnya, daur ulang sampah anorganik, pengurangan sampah) tidak menjadi fokus utama modul ini.
2. Sasaran Keterampilan: Penelitian ini secara spesifik berfokus pada peningkatan
keterampilan praktis siswa dalam mengolah sampah organik menjadi kompos . Keterampilan lain yang mungkin terkait dengan lingkungan (misalnya, pengetahuan tentang ekosistem, kesadaran lingkungan secara umum) akan menjadi dampak ikutan, tetapi bukan fokus utama pengukuran.
3. Metode Pembelajaran:Metode yang digunakan dalam modul adalah pembelajaran berbasis proyek (Project-Based Learning/PBL) . Metode pembelajaran lain (misalnya, ceramah, diskusi kelompok tanpa proyek) tidak menjadi fokus utama desain modul maupun pelaksanaannya dalam penelitian ini.
4. Lingkup Subjek Penelitian:
Subjek penelitian adalah siswa di jenjang pendidikan tertentu (misalnya, siswa SMP/SMA kelas VII/VIII/X/XI) di lokasi sekolah yang ditentukan (misalnya, di Tasikmalaya). Populasi atau jenjang pendidikan lain tidak termasuk dalam lingkup penelitian ini
5. Durasi Pelaksanaan Proyek: Pelaksanaan proyek pengolahan kompos menggunakan modul ini akan dibatasi pada periode waktu tertentu yang disesuaikan dengan alokasi waktu mata pelajaran terkait dan siklus pembuatan kompos (misalnya, 2-4 minggu atau disesuaikan dengan jam pelajaran efektif).
6. Lingkungan Sampah Organik:
Sumber sampah organik yang digunakan dalam proyek adalah yang tersedia di lingkungan sekolah atau sekitar lingkungan siswa (misalnya, sisa makanan kantin, daun kering, rumput potongan), bukan dari sumber sampah skala besar atau industri.
Batasan masalah ini akan membantu menjaga penelitian tetap terarah dan hasil yang diperoleh lebih spesifik dan relevan dengan tujuan utama peningkatan keterampilan siswa dalam mengolah sampah organik menjadi kompos melalui modul berbasis proyek.
II. Pembahasan
Landasan Teori
Landasan teori ini menguraikan konsep-konsep kunci yang mendasari penelitian ini, meliputi pembelajaran berbasis proyek, keterampilan, sampah organik, dan kompos.
1. Pembelajaran Berbasis Proyek (Project-Based Learning/PBL)
Pembelajaran Berbasis Proyek (PBL) adalah model pembelajaran yang inovatif yang berpusat pada siswa, dimana siswa belajar melalui pengalaman langsung dalam merancang, melaksanakan, dan menyelesaikan suatu proyek. PBL menekankan pembelajaran autentik dan relevan dengan kehidupan nyata, mendorong siswa untuk mengembangkan keterampilan berpikir tingkat tinggi, pemecahan masalah, kolaborasi, dan kemandirian.
Menurut Thomas (2000), karakteristik utama PBL meliputi:
Pertanyaan atau masalah pendorong (Driving Question/Problem):
Proyek dimulai dengan pertanyaan atau masalah yang kompleks dan menantang, yang memicu rasa ingin tahu siswa dan memandu proses pembelajaran mereka.
Penyelidikan konstruktif:
Siswa melakukan penyelidikan aktif untuk mencari solusi atau jawaban, mengumpulkan informasi dari berbagai sumber, dan membangun pemahaman mereka sendiri.
Otonomi siswa:
Siswa memiliki kontrol dan tanggung jawab atas sebagian besar proses belajar mereka, termasuk perencanaan, pelaksanaan, dan penyelesaian proyek.
Kolaborasi:
Siswa sering bekerja dalam kelompok untuk memecahkan masalah, berbagi ide, dan saling mendukung.
Produk akhir yang nyata:
Proyek menghasilkan produk atau presentasi konkret yang dapat dibagikan kepada audien.
Refleksi:
Siswa merenungkan proses pembelajaran mereka, mengidentifikasi keberhasilan dan tantangan, serta merencanakan perbaikan di masa depan.
Keunggulan PBL dalam konteks penelitian ini adalah kemampuannya untuk mengintegrasikan pengetahuan teoritis dengan keterampilan praktis. Dengan terlibat dalam proyek pengolahan sampah organik menjadi kompos, siswa tidak hanya memahami konsep ilmiah di balik komposisi, tetapi juga secara langsung mempraktikkan prosesnya, mengembangkan keterampilan tangan, dan merasakan dampak positif dari tindakan mereka.
2. Keterampilan
Keterampilan merujuk pada kemampuan seseorang untuk melakukan suatu tugas atau pekerjaan dengan baik. Keterampilan dapat bersifat kognitif (berkaitan dengan pemikiran dan pemahaman), afektif (berkaitan dengan sikap dan nilai), atau psikomotorik (berkaitan dengan gerakan fisik dan koordinasi). Dalam konteks pembelajaran, pengembangan keterampilan sangat penting untuk mempersiapkan siswa menghadapi tantangan kehidupan nyata dan dunia kerja.
Dalam penelitian ini, fokus keterampilan yang ingin ditingkatkan adalah keterampilan mengolah sampah organik menjadi kompos. Keterampilan ini mencakup:
Keterampilan identifikasi dan pemilahan sampah organik:
Kemampuan untuk mengenali jenis-jenis sampah organik yang dapat dijadikan kompos.
Keterampilan persiapan bahan kompos:
Kemampuan untuk mencacah, mencampur, dan mengatur perbandingan bahan-bahan kompos (sampah hijau dan coklat) secara tepat.
Keterampilan manajemen proses pengomposan:
Kemampuan untuk memantau kelembaban, aerasi, dan suhu tumpukan kompos, serta melakukan pembalikan yang diperlukan.
Keterampilan evaluasi kualitas kompos:
Kemampuan untuk menilai kematangan dan kualitas kompos yang dihasilkan.
Keterampilan pemecahan masalah:
Kemampuan untuk mengatasi kendala yang mungkin muncul selama proses pengomposan (misalnya, bau tidak sedap, proses lambat).
Peningkatan keterampilan ini diukur melalui observasi langsung selama proses proyek, penilaian produk akhir, dan potensi melalui tes praktik.
3. Sampah Organik
Sampah organik adalah jenis sampah yang berasal dari makhluk hidup (tumbuhan dan hewan) dan bersifat mudah terurai secara alami oleh mikroorganisme. Contoh sampah organik meliputi sisa makanan, daun kering, ranting pohon, sisa sayuran dan buah, kulit telur, dan kotoran hewan.
Di Indonesia, sampah organik merupakan komponen terbesar dari total sampah yang dihasilkan. Jika tidak dikelola dengan baik, sampah organik dapat menimbulkan berbagai masalah lingkungan, antara lain:
Pencemaran tanah dan air:
Sampah organik yang membusuk dapat melepaskan cairan lindi (leachate) yang mencemari tanah dan sumber air.
Emisi gas rumah kaca:
Proses dekomposisi anaerobik (tanpa oksigen) sampah organik di tempat pembuangan akhir (TPA) menghasilkan gas metana (CH4), yang merupakan gas rumah kaca 25 kali lebih kuat dari karbon dioksida (CO2) dalam memerangkap panas.
Bau tidak sedap:
Proses pembusukan sampah organik menimbulkan bau yang mengganggu.
Habitat vektor penyakit:
Tumpukan sampah organik dapat menjadi sarang bagi lalat, tikus, dan serangga lain yang membawa penyakit.
Oleh karena itu, pengelolaan sampah organik secara efektif sangat penting untuk menjaga kebersihan lingkungan, mengurangi dampak negatif terhadap kesehatan manusia, dan mitigasi perubahan iklim. Salah satu metode pengelolaan sampah organik yang paling ramah lingkungan dan bermanfaat adalah pengomposan.
4. Kompos
Kompos adalah hasil dekomposisi bahan organik melalui aktivitas mikroorganisme dalam kondisi terkontrol, yang menghasilkan produk akhir berupa bahan mirip tanah yang kaya akan nutrisi dan bermanfaat untuk kesuburan tanah. Proses pembuatan kompos disebut pengomposan.
Manfaat kompos meliputi:
Penyubur tanah:
Kompos meningkatkan kandungan bahan organik tanah, memperbaiki struktur tanah, meningkatkan kapasitas tanah menahan air, dan menyediakan nutrisi penting bagi tanaman.
Pengurangan volume sampah:
Pengomposan dapat mengurangi volume sampah organik hingga 50-75%.
Alternatif pupuk kimia:
Penggunaan kompos mengurangi ketergantungan pada pupuk kimia yang mahal dan berpotensi mencemari lingkungan.
Siklus nutrisi:
Mengembalikan nutrisi dari bahan organik ke tanah, mendukung pertanian berkelanjutan.
Dalam konteks pendidikan, pengolahan sampah organik menjadi kompos tidak hanya mengajarkan siswa tentang daur ulang, tetapi juga memberikan mereka pemahaman langsung tentang siklus nutrisi dalam ekosistem dan pentingnya menjaga keberlanjutan lingkungan. Dengan menghasilkan kompos sendiri, siswa juga dapat merasakan manfaat nyata dari upaya mereka dan menumbuhkan rasa kepemilikan terhadap solusi lingkungan.
Metode Penulisan
Penelitian tindakan kelas (PTK) ini akan dilaksanakan dengan menggunakan **model siklus**. Setiap siklus terdiri dari empat tahapan utama, yaitu: perencanaan (planning), pelaksanaan tindakan (acting), observasi (observing), dan refleksi (reflecting) Pendekatan siklus ini memungkinkan peneliti untuk terus memperbaiki dan mengoptimalkan tindakan yang dilakukan berdasarkan hasil observasi dan refleksi pada siklus sebelumnya, sehingga tujuan penelitian dapat tercapai secara efektif.
1. Setting Penelitian
Subjek Penelitian:
Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VIII (delapan) di SMPN [Nama Sekolah, contoh: SMPN 5 Jakarta] pada tahun ajaran 2024/2025. Pemilihan kelas VIII didasarkan pada pertimbangan bahwa siswa pada jenjang ini telah memiliki dasar pengetahuan yang cukup dan diharapkan lebih siap untuk terlibat dalam proyek praktis.
Objek Penelitian:
Objek penelitian meliputi **proses pembelajaran menggunakan modul pembelajaran berbasis proyek dan keterampilan siswa dalam mengolah sampah organik menjadi kompos**.
Lokasi Penelitian:
Penelitian akan dilaksanakan di lingkungan SMPN [Nama Sekolah], termasuk ruang kelas, laboratorium IPA/lingkungan sekolah yang relevan untuk praktik pengolahan sampah.
* **Waktu Penelitian**: Penelitian akan dilaksanakan selama [rentang waktu, contoh: satu semester] pada semester genap tahun ajaran 2024/2025, yang akan dibagi ke dalam beberapa siklus.
### 2. Prosedur Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan dalam beberapa siklus, dengan setiap siklus mengikuti langkah-langkah berikut:
Siklus 1
a. Perencanaan (Planning)
Pada tahap ini, peneliti akan:
- Menganalisis kebutuhan dan karakteristik siswa serta kondisi lingkungan sekolah terkait pengelolaan sampah.
- Mengembangkan draf awal modul pembelajaran berbasis proyek tentang pengolahan sampah organik menjadi kompos. Modul ini akan mencakup tujuan pembelajaran, materi esensial, langkah-langkah proyek, lembar kerja siswa, panduan guru, dan instrumen penilaian.
- Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang mengintegrasikan penggunaan modul.
- Menyiapkan instrumen penelitian, meliputi lembar observasi aktivitas siswa dan guru, rubrik penilaian keterampilan mengolah kompos, angket respon siswa, dan soal tes pengetahuan awal/akhir (jika diperlukan).
- Menyiapkan sarana dan prasarana yang dibutuhkan untuk proyek pengolahan kompos (misalnya: bak komposter, sampah organik, alat pengaduk, dll.).
- Melakukan koordinasi dengan guru mata pelajaran terkait dan pihak sekolah.
b. Pelaksanaan Tindakan (Acting)
- Guru (bekerja sama dengan peneliti) mengimplementasikan pembelajaran menggunakan modul berbasis proyek tentang pengolahan sampah organik menjadi kompos sesuai RPP yang telah disusun.
- Siswa dibagi dalam kelompok-kelompok kecil untuk melaksanakan proyek pengolahan kompos di bawah bimbingan guru.
- Guru memfasilitasi siswa dalam memahami konsep, merencanakan proyek, mengumpulkan bahan, melaksanakan proses pengomposan, hingga mengamati hasilnya.
c. Observasi (Observing)
- Peneliti dan/atau guru kolaborator melakukan observasi terhadap seluruh proses pembelajaran, termasuk aktivitas guru dan siswa selama implementasi modul dan pelaksanaan proyek.
- Data observasi dicatat menggunakan lembar observasi yang telah disiapkan untuk mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan tindakan yang telah dilaksanakan.
- Dokumentasi berupa foto dan video juga dilakukan untuk melengkapi data observasi.
d. Refleksi (Reflecting)
- Peneliti dan guru kolaborator bersama-sama menganalisis data hasil observasi, penilaian keterampilan, dan respon siswa.
- Mengidentifikasi keberhasilan dan kendala yang muncul selama Siklus 1, baik dari sisi modul, metode pembelajaran, maupun partisipasi siswa.
- Merumuskan alternatif tindakan perbaikan yang akan diterapkan pada Siklus 2 untuk mengatasi kendala yang ditemukan dan meningkatkan efektivitas pembelajaran.
Siklus 2 (dan seterusnya, jika diperlukan)
a. Perencanaan (Planning)
Merevisi dan menyempurnakan modul pembelajaran berdasarkan hasil refleksi Siklus 1.
- Menyusun RPP baru dengan penyesuaian yang diperlukan.
- Menyiapkan instrumen dan sarana prasarana yang diperbaiki/ditambahkan.
b. Pelaksanaan Tindakan (Acting)
- Guru mengimplementasikan kembali pembelajaran menggunakan modul yang telah direvisi.
- Siswa melaksanakan proyek pengolahan kompos dengan bimbingan guru dan panduan modul yang lebih baik.
c. Observasi (Observing)
- Melakukan observasi lanjutan terhadap aktivitas guru dan siswa, fokus pada perbaikan yang telah dilakukan.
- Mengumpulkan data penilaian keterampilan siswa yang lebih komprehensif.
d. Refleksi (Reflecting)
- Menganalisis hasil observasi dan penilaian Siklus 2.
- Mengevaluasi apakah tujuan peningkatan keterampilan siswa telah tercapai secara signifikan.
- Jika indikator keberhasilan telah tercapai, penelitian dapat dihentikan. Namun, jika belum optimal, maka akan direncanakan Siklus 3 dengan perbaikan lebih lanjut.
3. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini meliputi:
Lembar Observasi:
Digunakan untuk mengamati aktivitas guru dan siswa selama proses pembelajaran dan pelaksanaan proyek.
Rubrik Penilaian Keterampilan: Digunakan untuk menilai keterampilan siswa dalam setiap tahapan pengolahan sampah organik menjadi kompos (misalnya, persiapan bahan, proses pencampuran, pemeliharaan, hingga indikator kematangan kompos).
Angket Respon Siswa:
Digunakan untuk menjaring pendapat dan tanggapan siswa terhadap modul pembelajaran dan proses belajar berbasis proyek.
Dokumentasi:
Berupa foto dan video untuk merekam kegiatan pembelajaran dan bukti fisik hasil proyek siswa.
4. Teknik Pengumpulan Data
Data akan dikumpulkan melalui:
- Observasi partisipatif: Peneliti terlibat langsung dalam proses observasi.
- Wawancara: Dilakukan dengan guru dan beberapa siswa untuk mendapatkan informasi mendalam.
Penilaian produk/kinerja:
- Mengacu pada hasil kompos yang dihasilkan siswa dan proses pengerjaannya.
Studi dokumentasi: Mengumpulkan data dari RPP, modul, dan catatan harian guru/peneliti.
5. Teknik Analisis Data
Data yang terkumpul akan dianalisis secara deskriptif kualitatif dan kuantitatif
Analisis Kualitatif:
Digunakan untuk menganalisis data observasi, hasil refleksi, dan angket respon siswa. Data ini akan diinterpretasikan untuk menggambarkan proses pembelajaran, mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan, serta merumuskan tindakan perbaikan.
Analisis Kuantitatif:
Digunakan untuk menganalisis data hasil penilaian keterampilan siswa (misalnya, skor dari rubrik penilaian). Data ini akan disajikan dalam bentuk persentase atau rata-rata untuk melihat peningkatan keterampilan siswa dari satu siklus ke siklus berikutnya.
6. Indikator Keberhasilan
Penelitian ini dikatakan berhasil jika:
- Peningkatan keterampilan siswa dalam mengolah sampah organik menjadi kompos mencapai [persentase tertentu, contoh: minimal 75%] dari kriteria yang ditetapkan berdasarkan rubrik penilaian.
- Respon siswa terhadap modul pembelajaran berbasis proyek positif, ditunjukkan dengan persentase [contoh: di atas 80%] siswa yang menyatakan setuju atau sangat setuju pada poin-poin positif dalam angket.
- Terjadi peningkatan aktivitas dan partisipasi siswa dalam proses pembelajaran dan proyek, yang teramati dari lembar observasi.
Isi/Analisis:
Sub-bab 2.1: (Poin penting pertama)
Sub-bab 2.2: (Poin penting kedua)
Sub-bab 2.3: (Dan seterusnya)
III. Penutup
Kesimpulan
Saran
IV. Daftar Pustaka
Arikunto, S. (2010). *Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik*. Rineka Cipta.
Badan Pusat Statistik. (2023). *Statistik Lingkungan Hidup Indonesia 2022*. BPS RI.
Buck Institute for Education (BIE). (2015). *PBL Essential Elements*. Diperoleh dari [https://www.pblworks.org/what-is-pbl/pbl-essential-elements](https://www.google.com/search?q=https://www.pblworks.org/what-is-pbl/pbl-essential-elements) (Akses terakhir: 3 Juni 2025).
Dewi, P. S. (2019). Pengembangan Modul Pembelajaran Kimia Berbasis Proyek untuk Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa. *Jurnal Inovasi Pendidikan IPA*, *5*(2), 178-188.
Direktorat Jenderal Pengelolaan Sampah, Limbah, dan B3 (PSLB3) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. (2024). *Informasi Sampah Nasional*. Diperoleh dari [https://sipsn.menlhk.go.id/sipsn/](https://sipsn.menlhk.go.id/sipsn/) (Akses terakhir: 3 Juni 2025).
Fathurrohman, P. (2017). *Model-model Pembelajaran Inovatif*. Ar-Ruzz Media.
Kemendikbud. (2013). *Panduan Penulisan Kurikulum 2013*. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Lestari, S. (2020). Pemanfaatan Sampah Organik Menjadi Kompos sebagai Media Pembelajaran Lingkungan. *Jurnal Pendidikan Biologi*, *10*(1), 1-8.
Mulyasa, E. (2014). *Pengembangan dan Implementasi Kurikulum 2013*. Remaja Rosdakarya.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 81 Tahun 2012 tentang Pengelolaan Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga.
Prakoso, Y. R., & Sari, N. I. (2021). Efektivitas Pembelajaran Berbasis Proyek dalam Meningkatkan Keterampilan Pengelolaan Sampah Organik pada Siswa SMP. *Jurnal Pendidikan Lingkungan*, *8*(1), 25-34.
Prasetyo, T. (2018). *Teknik Pembuatan Kompos Skala Rumah Tangga*. Penebar Swadaya.
Sugiyono. (2016). *Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R\&D)*. Alfabeta.
Wena, M. (2015). *Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer: Suatu Tinjauan Konseptual Operasional*. Bumi Aksara.
-----
Komentar
Posting Komentar