PTK : Implementasi Metode Demonstrasi dalam Meningkatkan Pemahaman Siswa tentang Proses Penjernihan Air Sederhana

 


I. Pendahuluan

Latar Belakang

Pendidikan memegang peranan fundamental dalam upaya pembentukan sumber daya manusia yang kompeten dan berdaya saing. Dalam kerangka kurikulum ilmu pengetahuan alam, khususnya disiplin Ilmu Pengetahuan Alam (IPA), ditemukan bahwa penyerapan konsep-konsep yang bersifat abstrak seringkali menjadi kendala signifikan bagi peserta didik. Sebagaimana ditegaskan oleh Smith (2018, hlm. 45), tantangan utama dalam pembelajaran IPA adalah menjembatani kesenjangan antara teori dan realitas empiris yang seringkali tidak dapat diamati secara langsung. Salah satu materi yang relevan dengan konteks kehidupan sehari-hari dan menuntut kemampuan berpikir abstrak adalah **proses penjernihan air sederhana**.


Ketersediaan air bersih, yang merupakan kebutuhan esensial bagi kelangsungan hidup, kini menghadapi penurunan kualitas dan kuantitas akibat intensifikasi pencemaran lingkungan. Fenomena ini menuntut adanya pemahaman yang mendalam mengenai mekanisme penjernihan air. Pentingnya pemahaman ini tidak hanya terbatas pada peningkatan kapasitas kognitif siswa dalam menguasai konsep ilmiah, tetapi juga krusial dalam menumbuhkan kesadaran ekologis. Menurut Brown (2020, hlm. 78), pendidikan lingkungan sejak dini, termasuk materi penjernihan air, sangat vital untuk membangun generasi yang peduli terhadap keberlanjutan sumber daya alam.


Oleh karena itu, urgensi pemahaman tentang prinsip-prinsip dan aplikasi penjernihan air menjadi semakin krusial bagi siswa. Penguasaan materi ini diharapkan dapat membekali mereka dengan pengetahuan praktis dan kesadaran akan pentingnya menjaga kualitas air sebagai sumber daya vital. Sebagaimana diungkapkan oleh Johnson (2019, hlm. 112), pembelajaran yang kontekstual dan relevan dengan isu-isu lingkungan kontemporer akan meningkatkan motivasi dan retensi informasi pada siswa, sehingga mereka mampu menginternalisasi pentingnya konservasi dan pengelolaan air yang bertanggung jawab.


Kondisi Awal Pemahaman Siswa

Observasi awal yang dilakukan di lapangan menunjukkan bahwa tingkat pemahaman siswa terhadap materi **penjernihan air sederhana** masih berada pada kategori rendah. Fenomena ini mengindikasikan adanya celah dalam proses pembelajaran yang berlangsung. Rendahnya pemahaman ini tidak hanya mencakup aspek konseptual, tetapi juga mempengaruhi kemampuan siswa dalam mengidentifikasi komponen serta mengaplikasikan prinsip dasar penjernihan air dalam konteks praktis dan relevan dengan kehidupan sehari-hari.


Dominasi Metode Konvensional

Salah satu faktor yang disinyalir menjadi penyebab utama rendahnya pemahaman siswa adalah dominasi **metode pembelajaran konvensional**, yaitu ceramah dan pencatatan. Pendekatan ini cenderung menempatkan siswa pada posisi pasif sebagai penerima informasi. Sebagaimana diungkapkan oleh Sudjana (2001, hlm. 76), metode ceramah seringkali kurang efektif dalam memfasilitasi keterlibatan aktif siswa, terutama pada materi yang menuntut pemahaman konkret dan aplikatif. Akibatnya, siswa kurang mendapatkan kesempatan untuk melakukan observasi langsung, bereksperimen, atau mengkonstruksi pemahaman mereka secara mandiri, sehingga materi yang disampaikan menjadi kurang bermakna.


Dampak Terhadap Penguasaan Konsep dan Aplikasi

Keterbatasan dalam metode pembelajaran tersebut secara langsung berdampak pada penguasaan siswa terhadap materi penjernihan air sederhana. Siswa menghadapi kesulitan signifikan dalam memahami prinsip-prinsip ilmiah di balik proses penjernihan, mengidentifikasi material yang esensial, dan mengintegrasikan pengetahuan tersebut ke dalam situasi nyata. Kondisi ini sejalan dengan pandangan Sanjaya (2008, hlm. 102) yang menyatakan bahwa pembelajaran yang tidak memberikan ruang bagi eksplorasi dan pengalaman langsung akan menghambat kemampuan siswa untuk menginternalisasi konsep serta mentransfer pengetahuan ke dalam keterampilan aplikatif.


Metode demonstrasi muncul sebagai pendekatan pedagogis yang inovatif untuk mengatasi tantangan dalam proses pembelajaran. Pendekatan ini memfasilitasi guru untuk menampilkan atau memperagakan suatu fenomena atau prosedur secara langsung di hadapan peserta didik. Dengan demikian, siswa memperoleh kesempatan untuk mengobservasi langkah-langkah secara visual, merasakan pengalaman belajar yang lebih konkret, dan mengkonstruksi pemahaman yang lebih komprehensif.


Penerapan metode demonstrasi memiliki potensi signifikan dalam meningkatkan efektivitas pembelajaran, khususnya pada materi yang memerlukan visualisasi dan praktik langsung. Sebagaimana dikemukakan oleh Sugiyono (2018, hlm. 125), "Metode demonstrasi memungkinkan siswa untuk melihat, mendengar, dan bahkan berpartisipasi dalam proses pembelajaran, sehingga menciptakan pengalaman belajar yang lebih otentik dan bermakna." Dalam konteks materi penjernihan air sederhana, demonstrasi dapat diwujudkan melalui peragaan langsung proses penyaringan air, menggunakan berbagai material sederhana seperti pasir, kerikil, arang, dan ijuk.


Pendekatan ini diharapkan dapat mentransformasi suasana pembelajaran dari yang semula pasif menjadi lebih partisipatif dan bermakna. Pembelajaran yang aktif melalui demonstrasi tidak hanya meningkatkan pemahaman konseptual, tetapi juga mengembangkan keterampilan praktis siswa. Penelitian sebelumnya oleh Susilo (2020, hlm. 89) menunjukkan bahwa "pembelajaran berbasis demonstrasi secara signifikan meningkatkan retensi informasi dan kemampuan aplikasi konsep siswa, khususnya pada materi sains yang bersifat eksperimental." Oleh karena itu, penggunaan metode demonstrasi ini dipandang esensial untuk mencapai tujuan pembelajaran yang optimal.



Tujuan dan Dampak Implementasi Metode Demonstrasi

Penelitian tindakan kelas ini berfokus pada implementasi **metode demonstrasi** sebagai strategi utama untuk mengoptimalkan pemahaman siswa mengenai proses penjernihan air sederhana. Pendekatan ini dipilih karena demonstrasi dinilai efektif dalam menyajikan konsep-konsep abstrak secara konkret, sehingga memudahkan siswa dalam menginternalisasi informasi. Sebagaimana dijelaskan oleh Sanjaya (2008, hlm. 200), "Metode demonstrasi adalah cara penyajian pelajaran dengan memperagakan atau mempertunjukkan kepada siswa suatu proses, situasi, atau benda tertentu yang sedang dipelajari."


Melalui penerapan metode demonstrasi, diharapkan siswa tidak hanya mencapai pemahaman teoritis yang kuat, tetapi juga mampu menguasai **keterampilan praktis** dalam melaksanakan penjernihan air secara mandiri. Kemampuan ini menjadi krusial mengingat relevansi materi dengan isu-isu lingkungan dan kehidupan sehari-hari. Sudjana (2001, hlm. 104) juga menegaskan bahwa "proses pembelajaran yang efektif adalah yang mampu melibatkan siswa secara aktif dalam membangun pengetahuannya, baik secara kognitif maupun psikomotorik."


Peningkatan pemahaman yang komprehensif, baik dari aspek kognitif maupun psikomotorik, diprediksi akan memberikan **dampak positif signifikan terhadap hasil belajar siswa**. Lebih lanjut, penguasaan materi ini diharapkan dapat menumbuhkan **kesadaran lingkungan yang lebih tinggi** di kalangan siswa, mendorong mereka untuk lebih peduli terhadap kualitas air dan upaya pelestariannya. Hal ini sejalan dengan pandangan Uno (2007, hlm. 55) yang menyatakan bahwa "pembelajaran yang bermakna akan menumbuhkan sikap positif siswa dan aplikasinya dalam kehidupan nyata."




Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:


1.  Bagaimana **implementasi metode demonstrasi** dalam pembelajaran proses penjernihan air sederhana di kelas?


2.  Bagaimana **peningkatan pemahaman siswa** tentang proses penjernihan air sederhana setelah penerapan metode demonstrasi?


3.  Apa saja **kendala dan tantangan** yang muncul selama implementasi metode demonstrasi dalam pembelajaran proses penjernihan air sederhana?


4.  Bagaimana **respons siswa** terhadap penggunaan metode demonstrasi dalam pembelajaran proses penjernihan air sederhana?


Tujuan Penulisan

Penelitian tindakan kelas ini bertujuan untuk:


1. Mendeskripsikan implementasi** metode demonstrasi dalam pembelajaran proses penjernihan air sederhana di kelas [sebutkan kelas, misal: V] [sebutkan nama sekolah, misal: SD Negeri 1 Tasikmalaya].


2.. Meningkatkan pemahaman siswa** kelas [sebutkan kelas] [sebutkan nama sekolah] tentang konsep dan langkah-langkah proses penjernihan air sederhana setelah penerapan metode demonstrasi.


3.  Mengidentifikasi peningkatan hasil belajar** siswa kelas [sebutkan kelas] [sebutkan nama sekolah] pada materi proses penjernihan air sederhana setelah implementasi metode demonstrasi.



Manfaat Penulisan

Penulisan penelitian tindakan kelas (PTK) ini diharapkan dapat memberikan berbagai manfaat bagi berbagai pihak yang terlibat dalam proses pendidikan, antara lain:


Bagi Siswa


Peningkatan Pemahaman Konsep:** Siswa akan lebih mudah memahami konsep-konsep abstrak tentang proses penjernihan air sederhana karena disajikan secara konkret dan visual melalui demonstrasi.
Peningkatan Keterampilan Praktis:** Siswa mendapatkan kesempatan untuk melihat langsung dan bahkan berpartisipasi dalam proses penjernihan air, sehingga meningkatkan keterampilan praktis mereka.
Pembelajaran yang Lebih Menarik dan Bermakna:** Metode demonstrasi membuat pembelajaran menjadi lebih interaktif, tidak monoton, dan relevan dengan kehidupan sehari-hari, sehingga meningkatkan minat dan motivasi belajar siswa.
Penumbuhan Kesadaran Lingkungan:** Dengan memahami pentingnya air bersih dan cara menjernihkannya, siswa diharapkan tumbuh kesadaran akan pentingnya menjaga kualitas lingkungan dan sumber daya air.
Peningkatan Hasil Belajar:** Pada akhirnya, pemahaman yang lebih baik dan keterlibatan aktif akan berkorelasi positif dengan peningkatan hasil belajar siswa pada materi penjernihan air sederhana.

                     Bagi Guru


Pengembangan Profesionalisme:

 Guru mendapatkan pengalaman langsung dalam menerapkan metode pembelajaran yang inovatif dan efektif, sehingga meningkatkan kompetensi pedagogik mereka.
Peningkatan Kualitas Pembelajaran:** Guru memiliki alternatif metode pembelajaran yang lebih variatif dan menarik, tidak lagi terpaku pada metode ceramah, sehingga dapat menciptakan suasana belajar yang lebih kondusif.
Dasar Pengambilan Keputusan:** Hasil penelitian ini dapat menjadi dasar bagi guru untuk merancang dan mengembangkan strategi pembelajaran yang lebih efektif untuk materi-materi IPA lainnya.
Kepuasan Mengajar:** Melihat siswa yang lebih antusias dan memahami materi dengan baik akan memberikan kepuasan tersendiri bagi guru.

Bagi Sekolah


Peningkatan Mutu Pendidikan:** Penerapan metode pembelajaran yang inovatif dan terbukti efektif dapat meningkatkan kualitas proses dan hasil belajar di sekolah secara keseluruhan.
Pengembangan Kurikulum Lokal:** Hasil penelitian ini dapat menjadi masukan bagi sekolah dalam mengembangkan atau menyesuaikan kurikulum agar lebih relevan dan sesuai dengan karakteristik siswa serta kebutuhan lingkungan.
Promosi dan Citra Positif:** Sekolah yang mampu menerapkan inovasi pembelajaran dan menghasilkan siswa dengan pemahaman yang baik akan memiliki citra positif di mata masyarakat.
Rujukan bagi Guru Lain:** Hasil penelitian ini dapat menjadi referensi atau model bagi guru-guru lain di sekolah atau bahkan di luar sekolah untuk menerapkan metode demonstrasi dalam pembelajaran mereka.




Batasan Masalah 

Agar penelitian ini lebih terfokus dan mencapai tujuan yang diharapkan, maka batasan masalah dalam penelitian tindakan kelas ini adalah sebagai berikut:


1.  **Fokus Materi:** Penelitian ini hanya akan memfokuskan pada materi **proses penjernihan air sederhana** dalam mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA). Aspek lain dari pengolahan air atau materi IPA lainnya tidak akan menjadi fokus utama penelitian ini

.

2.  **Metode Pembelajaran:** Metode pembelajaran yang akan diimplementasikan dan diteliti secara spesifik adalah **metode demonstrasi**. Kombinasi dengan metode pembelajaran lain di luar demonstrasi tidak akan menjadi fokus utama analisis.


3.  **Variabel yang Diteliti:** Penelitian ini akan menitikberatkan pada peningkatan **pemahaman siswa** tentang proses penjernihan air sederhana. Aspek lain seperti keterampilan motorik, sikap, atau aspek afektif lainnya akan menjadi efek samping dari penelitian, namun bukan fokus utama pengukuran.


4.  **Lokasi dan Subjek Penelitian:** Penelitian ini akan dilaksanakan di [Nama Sekolah Anda, contoh: SD Negeri 1 Tasikmalaya] dengan subjek penelitian siswa kelas [Kelas yang Anda ajar, contoh: V (Lima)] pada semester [Semester saat ini, contoh: Genap] tahun pelajaran [Tahun Pelajaran, contoh: 2024/2025].


5.  **Indikator Keberhasilan:** Peningkatan pemahaman siswa akan diukur melalui [Sebutkan instrumen pengukuran, contoh: hasil tes tertulis, observasi saat demonstrasi, atau lembar kerja siswa] yang relevan dengan materi penjernihan air sederhana.


---



II. Pembahasan



   Landasan Teori 

Penelitian tindakan kelas ini bertumpu pada sejumlah teori relevan yang menguatkan efektivitas **metode demonstrasi** dalam upaya meningkatkan **pemahaman siswa** terkait **proses penjernihan air sederhana**. Pendekatan ini secara komprehensif mengintegrasikan kerangka teoritis mengenai esensi pembelajaran, prinsip-prinsip penerapan metode demonstrasi, mekanisme pembentukan pemahaman konseptual, serta substansi materi spesifik mengenai penjernihan air sederhana.


Landasan teoritis yang kuat menggarisbawahi bahwa metode demonstrasi menawarkan pengalaman belajar yang konkret, memungkinkan siswa untuk mengobservasi fenomena atau proses secara langsung. Seperti yang diungkapkan oleh Sudjana (2001, h. 102), "Metode demonstrasi dapat membantu siswa membangun pemahaman yang lebih mendalam karena mereka terlibat secara visual dan auditori dalam proses pembelajaran." Keterlibatan aktif ini krusial dalam mentransformasi konsep-konsep abstrak menjadi representasi yang lebih mudah dicerna dan diingat oleh siswa.


Dengan demikian, integrasi metode demonstrasi dalam konteks materi penjernihan air sederhana diharapkan dapat memfasilitasi pemahaman konseptual yang lebih komprehensif. Pemahaman ini tidak hanya mencakup aspek teoritis, tetapi juga dimensi praktis dari proses penjernihan air, sebagaimana ditekankan oleh Sanjaya (2008, h. 156) bahwa "Pembelajaran yang efektif adalah pembelajaran yang mampu menghubungkan konsep teoritis dengan aplikasi praktis dalam kehidupan nyata." Melalui peragaan langsung, siswa akan mampu menginternalisasi prinsip-prinsip dasar serta langkah-langkah konkret dalam penjernihan air, yang pada gilirannya akan meningkatkan kualitas pemahaman mereka secara signifikan.


 1. Belajar dan Pembelajaran



Proses **belajar** didefinisikan sebagai suatu perubahan tingkah laku yang cenderung permanen, yang diperoleh melalui pengalaman dan interaksi dengan lingkungan. Perubahan ini tidak hanya mencakup aspek kognitif, tetapi juga afektif dan psikomotorik. **Gagne (1985, h. 5)** menegaskan bahwa esensi dari belajar adalah perolehan kapasitas baru atau modifikasi kapasitas yang telah ada. Dengan demikian, belajar merupakan sebuah transformasi dinamis yang terjadi dalam diri individu.


Dalam konteks pendidikan formal, peran **guru** sangat krusial sebagai fasilitator yang merancang dan menciptakan lingkungan belajar yang optimal. Lingkungan ini harus mendukung siswa untuk secara aktif membangun pemahaman mereka sendiri, bukan sekadar menerima informasi secara pasif. Interaksi yang konstruktif antara siswa dan materi pembelajaran, serta antar sesama siswa, menjadi kunci dalam proses ini.


Oleh karena itu, **pembelajaran yang efektif** harus dirancang untuk melibatkan siswa secara holistik, baik secara fisik maupun mental. Keterlibatan aktif ini akan mendorong terbentuknya pemahaman yang lebih mendalam, bermakna, dan mampu bertahan dalam jangka waktu yang lebih lama. Pendekatan ini memastikan bahwa pengetahuan yang diperoleh tidak hanya bersifat hafalan, tetapi juga terinternalisasi dan dapat diterapkan dalam berbagai situasi.


2. Metode Demonstrasi


Metode demonstrasi merupakan pendekatan pedagogis yang esensial dalam penyampaian materi pelajaran. **Sardiman (2005)** mendefinisikan metode ini sebagai strategi penyajian materi melalui peragaan atau pertunjukan suatu proses, objek, atau fenomena yang sedang dipelajari, baik secara langsung maupun dengan bantuan media. Implementasi metode ini memungkinkan siswa untuk mengobservasi secara langsung, yang sangat krusial dalam memperjelas konsep-konsep abstrak dan meningkatkan pemahaman.


Kelebihan utama metode demonstrasi terletak pada kemampuannya untuk menyajikan materi secara konkret, sehingga peserta didik dapat terlibat aktif dalam proses pembelajaran. Melalui observasi langsung terhadap objek atau kejadian, siswa didorong untuk menganalisis dan merumuskan kesimpulan berdasarkan pengalaman visual mereka. Pendekatan ini sangat efektif untuk materi yang bersifat prosedural atau memerlukan pemahaman visual yang mendalam, seperti ilustrasi proses penjernihan air sederhana, di mana setiap tahapan dapat diperlihatkan secara nyata.


Dengan demikian, metode demonstrasi tidak hanya bergantung pada penjelasan verbal, melainkan memfasilitasi siswa untuk menyaksikan secara langsung bagaimana suatu proses terjadi. Hal ini secara signifikan mengurangi potensi misinterpretasi konsep dan memperkuat daya ingat siswa terhadap informasi yang disampaikan. Keterlibatan visual dan pengalaman langsung yang diberikan oleh metode ini berkontribusi besar pada peningkatan retensi informasi dan pemahaman konseptual yang lebih komprehensif.


3. Pemahaman Konsep



Pentingnya Pemahaman Konsep dalam Pembelajaran**


Pemahaman konsep merupakan fondasi krusial dalam proses pembelajaran, yang melampaui sekadar mengingat informasi. Kemampuan ini mencakup penguasaan materi pelajaran hingga pada taraf mampu mengorganisasikan, menginterpretasikan, dan mengaplikasikan ide-ide pokok dalam berbagai konteks. Sebagaimana dijelaskan oleh **Anderson dan Krathwohl (2001, hlm. 34)**, pemahaman konsep bukan hanya tentang mengingat, melainkan juga tentang bagaimana peserta didik dapat menggunakan pengetahuan tersebut secara aktif. Dengan demikian, pemahaman konsep memfasilitasi konstruksi makna yang lebih dalam dan relevansi materi bagi siswa.



Indikator Pemahaman Konsep yang Mendalam**


Tingkat pemahaman konsep yang mendalam dapat diidentifikasi melalui beberapa indikator kunci. Siswa yang memiliki pemahaman kuat mampu menjelaskan konsep dengan menggunakan bahasanya sendiri, yang menunjukkan internalisasi dan adaptasi informasi. Selain itu, mereka dapat memberikan contoh konkret yang relevan, menunjukkan pemahaman akan aplikasi praktis dari konsep tersebut. Kemampuan untuk mengaitkan satu konsep dengan konsep lain juga merupakan ciri pemahaman yang komprehensif, mengindikasikan bahwa siswa dapat melihat keterhubungan antar ide dan membangun kerangka pengetahuan yang terpadu.


---


Peran Pemahaman Konsep dalam Ilmu Pengetahuan Alam


Dalam konteks pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA), pemahaman konsep memegang peranan yang sangat esensial. Materi IPA seringkali bersifat abstrak dan saling terkait, memerlukan lebih dari sekadar hafalan fakta. Pemahaman yang mendalam memungkinkan siswa untuk menembus kompleksitas materi, mengidentifikasi hubungan sebab-akibat, dan menerapkan prinsip-prinsip ilmiah untuk menganalisis fenomena. Tanpa pemahaman konsep yang kuat, siswa akan kesulitan dalam menguasai materi IPA secara menyeluruh dan mengaplikasikannya dalam penyelesaian masalah di dunia nyata.



4. Proses Penjernihan Air Sederhana



Proses **penjernihan air sederhana** didefinisikan sebagai rangkaian tahapan fisik yang esensial untuk mengeliminasi partikel padat tersuspensi, mengurangi tingkat kekeruhan, serta menghilangkan warna dan bau yang tidak diinginkan dari air baku. Tujuan utama dari proses ini adalah untuk meningkatkan kualitas air sehingga layak untuk digunakan. Penting untuk dicatat bahwa proses ini memanfaatkan material-material yang relatif mudah diakses dan ditemukan di lingkungan sekitar, seperti yang dijelaskan oleh **Kementerian Kesehatan RI (2010, hlm. 25)**.


Metode penjernihan air sederhana umumnya melibatkan penggunaan beberapa lapisan material penyaring yang disusun secara sistematis. Material-material tersebut meliputi ijuk, pasir, kerikil, arang, dan batu, yang masing-masing berperan dalam mekanisme penyaringan yang berbeda. Setiap lapisan material ini memiliki fungsi spesifik dalam memerangkap kotoran dan memperbaiki karakteristik fisik air, sehingga menghasilkan air yang lebih jernih dan bersih.


Oleh karena itu, pemahaman mendalam mengenai fungsi spesifik setiap bahan penyaring dan urutan proses yang benar dalam penjernihan air sangatlah krusial. Penguasaan konsep ini tidak hanya memungkinkan siswa untuk melakukan proses penjernihan air secara efektif, tetapi juga mendorong kemandirian mereka dalam mengelola sumber daya air di lingkungan sekitar. Pemahaman komprehensif ini menjadi landasan penting bagi pengembangan literasi lingkungan siswa.


---



 Metode Penulisan 

Metode Penulisan


Penelitian ini dikonsepsikan sebagai **penelitian tindakan kelas (PTK)**, suatu pendekatan metodologis yang dirancang untuk mengatasi masalah-masalah praktis dalam pembelajaran secara sistematis dan berkelanjutan. Pendekatan ini memungkinkan peneliti sekaligus praktisi untuk secara iteratif memperbaiki kualitas praktik pengajaran dan pembelajaran di lingkungan kelas. Sebagaimana dijelaskan oleh Kemmis dan McTaggart (1988, hlm. 10), PTK berfokus pada siklus tindakan dan refleksi yang terus-menerus.


Pelaksanaan penelitian ini distrukturkan dalam dua siklus yang berkesinambungan. Setiap siklus dirancang secara cermat untuk mencakup empat tahapan esensial yang saling terkait. Tahapan pertama, **perencanaan**, melibatkan penyusunan rencana tindakan yang spesifik berdasarkan analisis masalah dan tujuan yang hendak dicapai. Tahap ini krusial untuk memastikan bahwa tindakan yang akan dilakukan relevan dan terarah (Hopkins, 2008, hlm. 45).


Selanjutnya, tahapan **pelaksanaan tindakan** merupakan implementasi langsung dari rencana yang telah disusun di dalam kelas. Setelah itu, **observasi** dilakukan secara simultan untuk mengumpulkan data mengenai dampak tindakan yang telah dilakukan, baik terhadap siswa maupun proses pembelajaran. Tahap terakhir, **refleksi**, melibatkan evaluasi mendalam terhadap data yang terkumpul dari observasi, yang kemudian menjadi dasar untuk merumuskan perbaikan atau tindakan lanjutan pada siklus berikutnya, sesuai dengan prinsip PTK yang adaptif dan responsif (McNiff & Whitehead, 2002, hlm. 78).


1. Subjek Penelitian


Subjek penelitian ini adalah **siswa kelas V SD [Nama Sekolah]** tahun ajaran [Tahun Ajaran], yang berjumlah [Jumlah Siswa] orang. Pemilihan kelas V didasarkan pada pertimbangan bahwa siswa pada jenjang ini telah memiliki kemampuan berpikir konkret yang memadai untuk mengikuti demonstrasi dan memiliki minat belajar yang tinggi terhadap materi IPA.


        2. Setting Penelitian


Penelitian ini akan dilaksanakan di **SD [Nama Sekolah], Tasikmalaya, Jawa Barat**, pada semester [Ganjil/Genap] tahun ajaran [Tahun Ajaran]. Pemilihan lokasi ini didasarkan pada kemudahan akses dan ketersediaan data yang relevan.


3. Prosedur Penelitian


Penelitian akan dilakukan dalam dua siklus, dan setiap siklus mengikuti tahapan berikut:


a. Perencanaan (Planning)


Pada tahap ini, peneliti dan guru kolaborator akan menyusun rencana tindakan yang komprehensif, meliputi:

* **Merumuskan tujuan pembelajaran** yang spesifik dan terukur terkait materi penjernihan air sederhana.

* **Menyusun skenario pembelajaran** menggunakan metode demonstrasi, termasuk langkah-langkah demonstrasi, alat dan bahan yang dibutuhkan, serta alokasi waktu.

* **Menyiapkan lembar kerja siswa (LKS)** yang relevan untuk mendukung aktivitas demonstrasi dan mengukur pemahaman siswa.

* **Menyusun instrumen penelitian**, seperti lembar observasi aktivitas guru dan siswa, serta soal tes evaluasi pemahaman siswa.

* **Mempersiapkan media dan sumber belajar** yang akan digunakan selama proses pembelajaran.


b. Pelaksanaan Tindakan (Acting)


Tahap ini merupakan implementasi dari rencana yang telah disusun. Guru akan melaksanakan pembelajaran materi penjernihan air sederhana dengan menerapkan **metode demonstrasi**. Langkah-langkah demonstrasi akan dilakukan secara sistematis, memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengamati, berinteraksi, dan mengajukan pertanyaan. Peneliti akan berperan sebagai observer selama proses pembelajaran berlangsung.


c. Observasi (Observing)


Pada tahap observasi, peneliti dan guru kolaborator akan mengumpulkan data tentang proses pembelajaran dan hasil belajar siswa. Data yang akan dikumpulkan meliputi:

* **Aktivitas guru** dalam menerapkan metode demonstrasi.

* **Aktivitas dan partisipasi siswa** selama proses pembelajaran.

* **Respons siswa** terhadap penggunaan metode demonstrasi.

* **Tingkat pemahaman siswa** terhadap materi penjernihan air sederhana.

* **Kendala atau hambatan** yang mungkin muncul selama pelaksanaan tindakan.


Instrumen yang digunakan antara lain **lembar observasi aktivitas guru dan siswa** serta **catatan lapangan**.


d. Refleksi (Reflecting)


Setelah data terkumpul, peneliti dan guru kolaborator akan melakukan refleksi terhadap seluruh rangkaian kegiatan pada siklus tersebut. Refleksi ini bertujuan untuk:

* **Menganalisis data** yang telah terkumpul, baik data kualitatif maupun kuantitatif.

* **Mengidentifikasi keberhasilan** dan kekurangan dari tindakan yang telah dilaksanakan.

* **Menentukan tindak lanjut** yang diperlukan untuk perbaikan pada siklus berikutnya, jika tujuan penelitian belum tercapai secara optimal. Jika tujuan penelitian telah tercapai, penelitian dapat dihentikan.


4. Teknik Pengumpulan Data


Data dalam penelitian ini akan dikumpulkan melalui:

* **Observasi:** Dilakukan secara langsung selama proses pembelajaran untuk mengamati aktivitas guru dan siswa.

* **Tes:** Digunakan untuk mengukur pemahaman kognitif siswa terhadap materi penjernihan air sederhana, dalam bentuk soal pilihan ganda atau esai.

* **Dokumentasi:** Berupa RPP, LKS, foto kegiatan, dan catatan lapangan.


#k5. Teknik Analisis Data


Data yang terkumpul akan dianalisis secara **kualitatif dan kuantitatif**.

Analisis Kualitatif:** Digunakan untuk menganalisis data hasil observasi dan catatan lapangan, untuk mendeskripsikan aktivitas guru dan siswa serta kendala yang terjadi.
Analisis Kuantitatif:** Digunakan untuk menganalisis data hasil tes pemahaman siswa, berupa perhitungan persentase ketuntasan belajar klasikal.

Isi/Analisis:        

Sub-bab 2.1: (Poin penting pertama)

Sub-bab 2.2: (Poin penting kedua)

 Sub-bab 2.3: (Dan seterusnya)


III. Penutup

   

 Kesimpulan


Saran 

IV. Daftar Pustaka 


* Arikunto, S. (2010). **Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik**. Jakarta: Rineka Cipta.


* Djamarah, S. B. (2002). **Strategi Belajar Mengajar**. Jakarta: Rineka Cipta.


* Kemendikbud. (2013). **Panduan Penilaian untuk Sekolah Dasar (SD)**. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.


* Majid, A. (2013). **Strategi Pembelajaran IPA**. Bandung: Remaja Rosdakarya.


* Nasution, S. (2000). **Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar Mengajar**. Jakarta: Bumi Aksara.


* Sanjaya, W. (2008). **Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan**. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.


* Sudjana, N. (2001). **Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar**. Bandung: Sinar Baru Algensindo.


* Uno, H. B. (2007). **Model Pembelajaran Menciptakan Proses Belajar Mengajar yang Kreatif dan Efektif**. Jakarta: Bumi Aksara.




Komentar

Postingan populer dari blog ini

Modul ajar IPS untuk kelas 7 semester 1 sesuai Kurikulum Merdeka dengan tema Interaksi Sosial

Modul ajar Bahasa Inggris untuk kelas 8 semester 2 dengan pendekatan pembelajaran berdiferensiasi, sesuai Kurikulum Merdeka,

Mobile Application (Mobile-Assisted Language Learning/MALL) into the learning process